4. Anak yang sudah dewasa
Banyak yang mengira bahwa perceraian orangtua bagi yang sudah memiliki anak berusia dewasa bisa memberikan dampak yang minim bagi psikologis anak.
Hal ini salah besar Moms, karena pada kenyataannya anak yang sudah berusia dewasa pun rentan memiliki dampak negatif perceraian.
Anak-anak yang sudah dewasa sadar bahwa perceraian orangtuanya bisa merugikan dan mempersulit hidup mereka kedepannya.
Dari luar, mungkin anak-anak yang sudah dewasa terlihat tegar menghadapi perceraian orangtuanya, apalagi bagi mereka yang sudah berkeluarga.
Anak-anak yang sudah memiliki keluarga sendiri bisa saja terlihat lebih bahagia dengan cara fokus bersama keluarganya sendiri dan kerap melakukan liburan.
Namun, ada saat-saat tertentu mereka akan dilema memilih mana orangtua yang diprioritaskan.
Misalnya saja saat hari raya, orangtua mana yang terlebih dulu dikunjungi? Ayah atau ibu?
Hal lain yang biasa ditemui kesulitan bagi anak dewasa dalam menghadapi perceraian adalah ketika anak perempuan hendak menikah dan membutuhkan ayahnya sebagai wali.
Apabila anak tersebut tinggal bersama ibu dan tidak terlalu dekat dengan sosok ayah, hal itu merupakan suatu setruman bathin baginya.
Harus memihak yang mana?
Perceraian terjadi selalu dilandasi masalah.
Masalah bisa terjadi karena salah satu atau kedua belah pihak.
Sebaiknya, jangan menceritakan secara detail penyebab perceraian dengan anak.
Orangtua yang bertanggung jawab tidak akan menempatkan anak-anak di tengah perceraian orangtuanya.
Sebab, apabila anak mengetahui masalahnya dengan detail, anak akan bisa menilai siapa yang benar dan siapa yang salah.
Anak akan cenderung memihak salah satu orangtua dan membenci orangtua yang lain.
Masalah perceraian cukup orangtua saja yang tahu, jangan melibatkan anak.
Source | : | kompas |
Penulis | : | Kirana Riyantika |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR