Nakita.id - Beberapa waktu lalu, nama Intan Khasanah ramai diperbincangkan publik karena melakukan cover dance lagu girlband Blackpink disela-sela perjuangannya melawan kanker kelenjar getah bening.
Wanita berusia 22 tahun ini melakukan cover dance setelah menjalani kemoterapinya yang ke-20 untuk mematikan sel-sel kanker getah bening yang bersarang di beberapa bagian tubuhnya.
Intan divonis mengidap kanker kelenjar getah bening atau kanker limfoma berjenis Hodgkin's Lyphoma stadium 4 pada tahun 2013.
Baca Juga : Banyak Orang Tak Sadar Alami Kanker Getah Bening, Jumlah Pasien Terus Meningkat
Kepada Nakita.id, Intan mengaku bahwa sebenarnya ia sudah merasakan gejala kanker kelenjar getah bening berupa benjolan di leher sebelalah kiri dari tahun 2012.
Namun sayangnya ia sempat mendapat salah diagnosis dari dokter, ia justru didiagnosa TBC.
"Pertama kali hasilnya keluar dibilangnya TBC, yaudah sebulan aku minum obat TBC. Tapi setelah 8 bulan, benjolan di leher kiri aku bener-bener gede banget jadi awalnya kayak kelereng jadi gede-gede, up normal deh dan aku jalan kaki jadi engap.
Baca Juga : Tak Disangka! Ini yang Dirasakan Tubuh Saat Alami Stres
Padahal dulu aku ikut dance dan tenaganya banyak," ujar Intan saat diwawancarai dalam acara Peringatan Hari Peduli Limfoma Sedunia bersama Ferron Par Pharmaceuticals dan Cancer Information and Support Center (CISC) Indonesia, di Jakarta, Sabtu (15/9).
Baca Juga : Awas, Air Kelapa Justru Berbahaya Bila Diminum Orang-orang Ini
Sebelum didiagnosa kanker getah bening, Intan mengaku sempat koma sebanyak 2 kali dan mendapatkan benjolan lain di sekujur tubuhnya.
Ia juga harus tidur dengan cara duduk karena merasa sesak napas saat tidur dengan posisi telentang.
"Pas di periksa dirontgen, taunya udah ada cairan di paru-paru kanan waktu itu. Yaudah dikeluarin cairannya.
Seminggu diopname, seminggu kemudian aku gak lebih baik. Malah mulai muncul benjolan baru disebelah kanan. Jadi udah kayak kotak kepala aku.
Dan aku pun kalo tidur gak telentang karena kalo telentang kan gabisa nafas, kan engap ya ada cairan di paru-paru. Jadi aku kalo tidur sambil duduk.
Baca Juga : Berita Kesehatan Terbaru: Bakteri Menyerang Perut Anak Nia Ramadhani, Makanan Sehat Ini Bisa Jadi Penyebabnya!
Dokter yang periksa paru aku bilang curiga juga sama benjol yang di leher sebelah kiri kenapa bisa gede banget.
Akhirnya biopsi total masuk ICU, aku sempet koma juga 2 kali, dan gak ada perkembangan sama sekali. Orangtua aku mulai kesel minta pengobatan yang lebih baik. Tolong diberikan rujukan.
Di rujuk di rumah sakit Persahabatan di Jakarta Timur. Di cek semuanya dan baru ketahuan ternyata aku tuh gak TBC sama sekali tapi kanker kelenjar getah bening atau limfoma," ungkap Intan.
Akibat sempat salah diagnosis, Intan harus menerima kenyataan bahwa kanker yang ia derita telah memasuki stadium 4.
"Kalo masih benjolan kecil itu paling masih stadium 1, paling kemo 6 kali sembuh. Cuma waktu itu karena salah diagnosis, percaya sama satu rumah sakit.
Itu yang selalu aku tekenin juga sih jangan cuma percaya sama satu rumah sakit doang, karena diagnosis TBC sama kelenjar getah bening itu suka mirip. Orang suka salah. Udah terlanjur kemana-mana, di paru, di hati, macem-macem deh," ujar Intan.
Meskipun sempat menyesal karena hanya mempercayai satu rumah sakit sebelumnya, tetapi Intan mencoba tetap tegar dan ceria menerima kenyataan.
Baca Juga : Tak Hanya Istri, Orang-Orang Terdekat Indro 'Warkop' Ini Meninggal Dunia Karena Kanker
Untuk melawan kanker getah bening yang dideritanya, Intan mengaku telah melakukan kemoterapi sebanyak 23 kali dan radiasi sebanyak 70 kali.
Dengan jumlah yang cukup banyak tersebut, wanita asal Pekanbaru ini tidak diperbolehkan lagi melakukan radiasi oleh dokter pribadinya.
"Jadi mereka bilang kemo ke-6 kemo terakhir ku. Ternyata bukan. Pas kemo ke-12 juga bilangnya demikian. Masih bukan.
Nambah sampai kemo ke-16 pun masih bukan. Akhirnya kemo sampai 21 kali. Hajar terus. Taunya masih disuruh tambah lagi.
Akhirnya ini (Selasa, 02/10/18) kemo lagi sampai yg ke-23, tanpa jaminan bakal jadi kemo terakhir. Haha mpos.
((kalau radioterapi mah aku udah sampai 70x. Ntabs kan. Sampe udah ga boleh lagi, takut aku jadi Hulk))," tulis Intan menceritakan kondisi terbarunya melalui unggahan instagram pada Senin, (8/10).
Baca Juga : Bisa Berbahaya, Jangan Abaikan 10 Gejala Sederhana Ini Ketika Terjadi Pada Anak
Kini Intan mengaku kondisi badannya semakin hari semakin lemah lantaran banyaknya efek kemoterapi yang ia terima.
Ia bahkan harus beristirahat selama satu minggu penuh agar kondisinya tidak kembali menurun.
"Semakin banyak kemo, sel-sel di badan makin hancur. Akan ada fase pemulihan, cuma masalahnya kalau masih nonstop kemo, gimana mau pulih?
Makanya makin kesini efek kemo semakin berat.
Beda dengan dulu, badan masih suci dan sel-sel belum binasa. Masih bisa berpura-pura kuat.
Sekarang harusnya ku seminggu istirahat total. Ga ketempat rame. Ga ketemu orang banyak.
Takut mereka nularin penyakit dan virus. Orang habis kemo rentan," jelas Intan.
Namun jiwa muda dan kuat mengalir deras di dalam dalam darahnya.
Meski sempat lelah, tetapi ia berusaha tetap kuat menjalani setiap perawatan yang diperlukan demi kesembuhanya.
"Aku benci ngerasa ga berguna dan lemah. Alhasil, kulakukan sesukaku," tambah Intan.
Baca Juga : Hindari Kecemasan, Kenali Proses dan Tahapan Kuret Setelah Keguguran
Jumlah prevalensi penderita kanker getah bening di Indonesia setiap tahun semakin meningkat.
Berdasarkan data Globocan 2018, sebanyak 35.490 orang didiagnosis limfoma dalam lima tahun terakhir dan 7.565 orang di antaranya dinyatakan meninggal dunia.
Khusus di tahun 2018 sendiri, kasus baru non-hodgkin limfoma di Indonesia mencapai 14.164 orang dengan prevalensi 4,57%.
Hal ini menandakan bahwa penanganan dan pemeriksaan terhadap kanker jenis ini masih perlu diperhatikan.
Seperti yang kita ketahui, kanker getah bening atau limfoma terbagi menjadi dua jenis, yakni limfoma Non-Hodgkin (LNH) dan limfoma Hodgkin (LH).
Dalam daftar kematian penyakit kanker di Indonesia, limfoma non-hodgkin menempati peringkat ke-7, di bawah kanker payudara, serviks, paru-paru, usus, prostat, ovarium, hati, dan nasofaring.
Meskipun berbahaya tetapi sayangnya masih banyak orang yang tidak sadar telah mengalami penyakit ini.
Baca Juga : Berita Kesehatan Terbaru: Sayur dan Buah Bukan Menu Utama MPASI
Dr. Ronald. A. Hukom, MHSc, Sp.PD, KHOM, FINASIM dari Perhimpunan Hematologi dan Onkologi Medik Penyakit Dalam Indonesia (Perhompedin) mengatakan angka kematian kasus limfoma cukup tinggi karena lambatnya deteksi sehingga penanganan pun sudah pada stadium lanjut.
Menurut Dr. Ronald masih banyak kesalahpahaman akan gejala limfoma dan gejala penyakit lainnya.
Mengingat, gejala-gejala yang ditimbulkan hanya berupa benjolan, demam, berkeringat di malam hari, kehilangan nafsu makan, gatal, kelelahan, dan lain sebagainya.
Ia kemudian menjelaskan limfoma merupakan istilah umum untuk berbagai tipe kanker darah yang muncul dalam sistem limfatik, yang menyebabkan pembesaran kelenjar getah bening.
Limfoma disebabkan oleh perubahan sel-sel limfosit B atau T yakni sel darah putih yang dalam keadaan normal atau sehat berfungsi menjaga daya tahan tubuh dan menangkal berbagai jenis infeksi.
Baca Juga : Tak Hanya Enak, Kombinasi Makanan Ini Juga Bisa Bantu Cepat Turunkan Berat Badan
Pada kasus limfoma, sel B atau T ini membelah lebih cepat, tak terkontrol, dan hidup lebih lama dari biasanya.
Untuk melihat ada tidaknya risiko kanker ini, Dr. Ronald mengatakan dibutuhkan bantuan tenaga ahli.
"Segera lakukan pemeriksaan pada dokter ketika gejala muncul dan benjolan semakin membesar dan tidak kunjung sembuh," ujarnya saat diwawancarai dalam acara Peringatan Hari Peduli Limfoma Sedunia bersama Ferron Par Pharmaceuticals dan Cancer Information and Support Center (CISC) Indonesia, di Jakarta, Sabtu (15/9).
Meski mematikan, tetapi Dr. Ronald mengatakan bahwa limfoma termasuk ke dalam salah satu kanker yang baik.
Sebab sangat mungkin disembuhkan bila telah dideteksi dan ditangani sejak dini.
"Dengan pengobatan medis yang tepat dan sedini mungkin, banyak pasien limfoma yang mampu menjaga penyakit mereka di bawah kontrol dan memiliki kualitas hidup yang baik, bahkan sembuh".
"Data di Amerika, Kanada, Inggris, menunjukan bahwa 50-66% seluruh penderita kanker masih bisa hidup 5-10 tahun sejak diagnosis kanker ditegakan. Kanker leher rahim dan limfoma di atas 60%," jelasnya.
Baca Juga : Syarat Stimulasi Optimal, Kenali Dulu Perkembangan Motorik Si Bayi
Penulis | : | Fadhila Auliya Widiaputri |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR