Mereka mungkin merasa harus memilih salah satu pihak untuk didukung, yang pada akhirnya dapat menyebabkan rusaknya hubungan mereka dengan salah satu atau kedua orang tuanya.
Dalam situasi ekstrem, anak mungkin merasa lebih dekat dengan salah satu orang tua, sementara hubungan dengan yang lainnya menjadi renggang, bahkan dipenuhi dengan rasa marah atau kecewa.
4. Meningkatkan Risiko Perilaku Negatif
Ketegangan emosional yang dihadapi anak karena orang tua mengumbar aib rumah tangga dapat memicu perilaku negatif, baik di rumah maupun di luar rumah.
Anak-anak yang merasa tertekan atau tidak stabil emosinya mungkin mulai menunjukkan tanda-tanda perilaku agresif, menarik diri dari lingkungan sosial, atau mengalami kesulitan di sekolah.
Mereka juga bisa mencari pelarian dari masalah dengan melakukan tindakan negatif seperti bolos sekolah, merokok, atau menggunakan narkoba.
5. Mempengaruhi Pandangan Anak terhadap Hubungan di Masa Depan
Pengalaman melihat orang tua yang seringkali mengumbar aib rumah tangga dapat memengaruhi cara anak memandang hubungan mereka sendiri di masa depan.
Mereka mungkin menjadi skeptis atau tidak percaya terhadap komitmen dalam hubungan, baik dengan pasangan maupun orang lain.
Bahkan, anak bisa merasa takut untuk memulai hubungan jangka panjang karena trauma yang terbentuk dari konflik yang mereka saksikan di rumah.
6. Mengganggu Konsentrasi dan Prestasi Anak
Baca Juga: Baim Wong Panggil Olla Ramlan Sayang, 'Sebatas Teman Tidak Lebih'
Dampak emosional dari konflik yang diumbar oleh orang tua juga dapat memengaruhi konsentrasi anak dalam belajar.
Ketika anak merasa cemas atau stres karena masalah rumah tangga, mereka sulit untuk fokus di sekolah atau pada kegiatan yang mereka lakukan.
Prestasi akademik pun dapat terganggu, dan anak mungkin mengalami penurunan motivasi belajar.
Mengumbar aib rumah tangga di depan anak adalah tindakan yang sangat merugikan perkembangan emosional dan mental mereka.
Sebagai orang tua, penting untuk menjaga agar masalah rumah tangga tetap berada di antara pasangan suami istri, tanpa melibatkan anak-anak.
Sebaiknya, carilah cara penyelesaian yang lebih bijak, seperti berbicara dengan konselor atau teman terpercaya, daripada membebani anak dengan konflik internal keluarga.
Dengan menjaga keharmonisan keluarga dan memberikan contoh positif kepada anak, orang tua dapat menciptakan lingkungan yang sehat dan mendukung perkembangan mereka.
Penulis | : | Diah Puspita Ningrum |
Editor | : | Diah Puspita Ningrum |
KOMENTAR