"Tentu ini hal ini akan memengaruhi konsentrasi dalam proses belajar mengajar yang perlu diantisipasi. Karena proses pembelajaran tidak bisa optimal, maka capaian hasil belajar juga perlu dilakukan penyesuaian.
Artinya, kita tidak bisa menuntut anak mencapai hasil belajar yang layaknya harus dicapai di kondisi normal," tambah Anisa.
Untuk membuat anak tidak takut untuk menghadapi kegiatan belajar mengajar di kemudian hari, Anisa juga menyarankan agar orang tua untuk mempersiapkan kondisi mentalnya sendiri.
"“Keparnoan” anak adalah refleksi dari “keparnoan” orang tuanya. Jadi yang perlu dipersiapkan adalah kondisi mental para orang tua dalam menghadapi era new normal ini.
Perlu dipastikan bahwa orang tua memahami semua protokol yang sudah ditetapkan. Jangan sampai anak berangkat ke sekolah tanpa menggunakan masker, dan belum tahu cara mencuci tangan dengan baik," ungkapnya.
Orang tua juga perlu berkoordinasi dengan pihak sekolah, sejauh mana kesiapan sekolah dalam menyiapkan fasilitas untuk penerapan protokol kesehatan ini untuk anak.
Apakah sudah siap dengan peralatan pengukuran suhu, tempat cuci tangan, masker cadangan, antisipasi kondisi darurat, dan lain-lain.
"Jika hal-hal tersebut sudah disiapkan dengan baik, maka orang tua perlu menunjukkan kepada anak, bahwa semua akan baik-baik saja. Orang tua yang bersikap tenang dan yakin, akan menjadi contoh bagi anak untuk melakukan hal yang sama ketika berangkat dan berada di sekolah," ungkapnya.
Baca Juga: Pergi ke Sekolah saat Pandemi, Siswa di Beberapa Negara Ini Justru Ikut Terinfeksi Virus Corona
Penulis | : | Ine Yulita Sari |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR