Misalnya, ketika terjadi ketidakpastian ekonomi seperti krisis keuangan, resesi, atau pandemi, investor cenderung membeli emas karena nilainya cenderung lebih stabil daripada aset lainnya seperti saham atau obligasi.
Emas dihargai dalam dolar AS di pasar internasional.
Ketika nilai dolar AS melemah, harga emas dalam mata uang lokal (termasuk rupiah) biasanya meningkat.
Sebaliknya, jika dolar AS menguat, harga emas dalam rupiah bisa turun.
Oleh karena itu, nilai tukar mata uang sangat memengaruhi harga emas di pasar domestik.
Emas sering digunakan sebagai alat untuk melindungi kekayaan dari inflasi.
Ketika inflasi tinggi, nilai mata uang bisa menurun, tetapi harga emas cenderung meningkat, karena emas dianggap sebagai aset yang dapat mempertahankan nilai riilnya.
Kebijakan moneter yang diterapkan oleh bank sentral, terutama oleh Federal Reserve (bank sentral AS), juga berdampak pada harga emas.
Kenaikan suku bunga biasanya dapat menekan harga emas karena biaya peluang (opportunity cost) memegang emas yang tidak memberikan bunga akan meningkat.
Sebaliknya, suku bunga yang rendah cenderung mendukung kenaikan harga emas.
Permintaan emas untuk keperluan investasi, industri, dan perhiasan juga memengaruhi harga.
Baca Juga: BERITA POPULER: Harga Emas Antam Naik Lagi hingga Fakta Begadang Bikin Diabetes
Penulis | : | Aullia Rachma Puteri |
Editor | : | Aullia Rachma Puteri |
KOMENTAR