Beberapa kondisi kesehatan Moms yang bisa meningkatkan risiko stunting meliputi:
Anemia: Moms yang mengalami anemia selama kehamilan cenderung melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah, yang merupakan faktor risiko utama stunting.
Infeksi kronis: Infeksi yang tidak diobati seperti infeksi saluran kemih atau tuberkulosis bisa mengganggu kesehatan ibu dan janin, mempengaruhi penyerapan nutrisi, dan meningkatkan risiko stunting.
Gangguan kehamilan: Kondisi seperti preeklamsia atau hipertensi selama kehamilan bisa mempengaruhi aliran darah ke janin, sehingga menghambat pertumbuhan.
Stunting memiliki dampak jangka panjang yang serius pada anak. Beberapa di antaranya adalah:
Pertumbuhan fisik terhambat: Anak yang mengalami stunting cenderung memiliki tinggi badan yang lebih pendek dibandingkan anak-anak seusianya.
Gangguan perkembangan otak: Asupan gizi yang kurang saat dalam kandungan bisa mengganggu perkembangan otak janin, yang berisiko menyebabkan keterlambatan perkembangan kognitif, kesulitan belajar, serta menurunkan produktivitas di masa dewasa.
Risiko penyakit kronis: Anak yang mengalami stunting lebih rentan terhadap berbagai penyakit kronis seperti diabetes, penyakit jantung, dan obesitas di masa dewasa.
Kondisi ekonomi keluarga, akses terhadap layanan kesehatan, serta tingkat pendidikan Moms juga sangat berpengaruh terhadap risiko stunting pada anak.
Ibu hamil yang berasal dari keluarga dengan keterbatasan ekonomi mungkin mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan gizi yang memadai, serta tidak memiliki akses yang cukup terhadap perawatan prenatal yang berkualitas.
Mencegah stunting harus dimulai sejak masa kehamilan.
Baca Juga: Apakah Stunting pada Anak Terjadi karena Genetik? Ini Penjelasannya
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR