Nakita.id - Tidak ada yang lebih membahagiakan orang tua selain melihat anak-anaknya tumbuh dengan sehat dan bahagia.
Sebagai orang tua, berbagai upaya terbaik tentu akan dilakukan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak.
Salah satu hal terpenting dalam perjalanan hidup ini adalah bagaimana pola asuh yang diterapkan mampu membentuk anak tumbuh menjadi pribadi yang sehat, baik secara fisik maupun mental, serta bahagia dalam menjalani kehidupannya.
Pola asuh yang baik bukan hanya soal memberi materi, tetapi juga bagaimana orang tua memberikan cinta, perhatian dan pengertian kepada anak.
Anak-anak yang tumbuh dalam pola asuh yang baik akan memiliki landasan yang kuat untuk menjalani kehidupan dengan percaya diri, empati, dan kemandirian.
Mereka akan merasa dicintai dan mampu mengatasi tantangan hidup dengan lebih baik, karena mereka tahu bahwa ada orang tua yang selalu mendukung mereka di setiap langkah perjalanan hidupnya.
Pentingnya pola pengasuhan kepada anak ini pun sejalan dengan komitmen Taro, yang juga menjadi bagian dari pertumbuhan anak-anak Indonesia.
Sejalan dengan hal tersebut, Taro salah satu pionir makanan ringan jenis Net atau jaring dengan kualitas produk dan rasa yang konsisten, kembali menggelar program Taro Rangers Camp yang berlangsung dari 28-29 September 2024 di Taman Safari Bogor. Kegiatan Taro Rangers Camp ini juga dilaksanakan dalam rangka merayakan 4 dekade atau 40 tahun Taro berpetualang bersama anak Indonesia.
"Selama 40 tahun, Taro selalu konsisten. Saya yakin kita akan terus tumbuh bersama Taro. Selama periode tersebut, ketika kami melakukan riset kepada konsumen, kami berusaha menemukan apa yang bisa menjadi ikon Taro untuk 40 tahun atau 4 dekade ke depan. Ternyata, banyak anak-anak dan orangtua yang mengenang Taro melalui petualangannya. Selain karena produknya yang renyah, gurih, lezat, dan memiliki rasa yang konsisten, mereka juga menyukai cerita petualangan Taro. Selalu ada sesuatu yang baru dan petualangan yang menarik. Mereka ingat bahwa mereka menyukai petualangan dan ceritanya, karena ada nilai-nilai positif yang bisa dipelajari. Saya ingin anak-anak saya juga ditemani Taro, tidak hanya merasakan serunya petualangan, tetapi juga mengambil nilai-nilai positif yang terkandung di dalamnya," kata Riza Arief Rahman, VP-Head of Marketing FKS Food dalam acara Taro Rangers Camp, Sabtu (28/9/2024) di Taman Safari Bogor.
Riza Arief Rahman juga menjelaskan perjalanan perkembangan Taro, dari sekadar camilan hingga menjadi sebuah ikon yang memiliki nilai lebih bagi generasi muda. Tidak hanya sebagai produk yang digemari, tetapi juga sebagai program yang dapat mendidik dan memberikan nilai-nilai positif bagi anak-anak.
"Kemudian kami bertanya kepada anak-anak berusia 6 hingga 12 tahun saat ini, apa yang mereka sukai dari Taro. Mereka menjawab bahwa selain rasanya yang enak, mereka juga menyukai cerita di baliknya. Mengapa? Karena melalui cerita tersebut, mereka bisa mempelajari nilai-nilai kehidupan. Dari sinilah kami mendapatkan inspirasi. Kami menyadari bahwa Taro telah menjadi brand besar. Namun, kami tidak hanya berfokus pada membangun brand untuk produknya saja, tetapi juga melihat bahwa Taro memiliki tujuan yang lebih luas. Kami menganggap Taro sebagai mega brand yang harus memiliki tujuan atau manfaat dalam kehidupan. Dengan demikian, Taro bisa berkontribusi dalam pembangunan karakter anak-anak Indonesia, membantu mereka tumbuh menjadi pribadi yang kuat, berkarakter, dan berbudi pekerti baik," jelasnya.
Baca Juga: Kunci Sukses Mendidik Anak, Terapkan Pola Asuh Seperti Ini Sesuai Tingkatan Umurnya
Adapun tema yang diusung pada kegiatan Taro Rangers Camp tahun 2024 ini adalah The Greatest Adventaro. Kegiatan ini merupakan petualangan outdoor edukatif berbasis experiential learning dan character building, dirancang untuk menggabungkan elemen petualangan dan pembelajaran ilmu dan budi pekerti yang mendalam. Taro Rangers Camp semakin berperan penting pada tumbuh kembang anak, karena mampu mempertemukan para peserta yang merupakan anak-anak berusia 8-12 tahun dengan positive discipline coach untuk memastikan bahwa kegiatan ini memberikan dampak positif yang signifikan bagi anak-anak dan keluarga Indonesia.
Taro Rangers Camp menjadi puncak dari rangkaian kegiatan Aksi Tangguh Taro Rangers. Kegiatan ini dirancang untuk menghubungkan anak-anak dengan alam (outdoor-based training) dengan misi mencari harta karun. Namun, berbeda dari kegiatan sebelumnya, Riza Arief Rahman mengatakan para peserta Taro Rangers Camp kali ini tidak hanya diajak untuk berpetualang di alam bebas, namun juga dibekali dengan penerapan 5 nilai dasar yang akan membantu mereka dalam kehidupan sehari-hari. Seperti compassion (kepedulian), integrity (dapat diandalkan), courage (keberanian), resilience (ketangguhan), hingga creativity (kreativitas).
"Kegiatan ini merupakan sebuah camp. Mengapa demikian? Karena di sini kami ingin menanamkan nilai-nilai budi pekerti untuk membangun karakter anak-anak yang masih berada dalam usia emas. Kreativitas, integritas, keberanian, ketahanan untuk tidak mudah menyerah, serta rasa empati atau compassion, yang semuanya berkontribusi pada kecerdasan emosional yang baik, adalah fokus utama. Inilah yang membedakan kegiatan ini dari outbond lainnya yang mungkin lebih banyak mengajarkan survival, mengenal alam, dan kerjasama tim. Kami menanamkan nilai-nilai ini ke dalam setiap aktivitas dan tantangan yang dilakukan oleh adik-adik. Setelah setiap tantangan, akan ada sesi berbagi yang difasilitasi oleh psikolog dan kakak-kakak rangers yang telah dilatih. Kami ingin melatih anak-anak untuk mengekspresikan emosi mereka, mengungkapkan apa yang mereka rasakan selama bermain atau mengikuti tantangan, serta memetik pelajaran dari elemen alam yang menjadi topik utama. Yang paling penting, mereka diharapkan dapat mengambil nilai-nilai budi pekerti dari setiap pengalaman. Mereka juga akan diminta untuk berbagi dalam kelompok kecil dan menuliskannya dalam jurnal. Inilah yang menjadi perbedaan besar dari outbond atau kegiatan lainnya," ujarnya.
Setelah itu, para peserta akan berpetualang untuk mencari harta karun yang melambangkan empat elemen alam penting: air, api, udara, dan tanah. Mereka juga diharuskan memahami elemen-elemen alam tersebut, karena Taro Rangers Camp meyakini bahwa menjaga keseimbangan alam sangat penting untuk menciptakan masa depan yang lebih baik.
Dalam kesempatan yang sama, Riza Arief Rahman menyatakan bahwa lebih dari 400 pendaftar Taro Rangers Camp telah diseleksi melalui proses penjurian yang ketat, dengan penilaian berdasarkan lima nilai dasar Taro yang diusung. Mereka kemudian mengikuti berbagai kegiatan pengembangan karakter yang dikemas dalam bentuk permainan yang menarik, seperti beradu cepat memecahkan kode, bereksperimen membuat balon roket di pos udara, mencari kunci tersembunyi dalam tumpukan tanah, serta menyelesaikan permainan memori menggunakan iPad di pos tanah. Selain itu, mereka juga akan memindahkan fireball melalui pipa dan melakukan eksperimen membuat letusan gunung berapi di pos api, serta mencari petunjuk di curug di pos air.
Taro Rangers Camp memiliki keistimewaan tersendiri, karena kegiatan ini tidak hanya mengajak para rangers untuk berekspresi, tetapi juga mengajarkan mereka untuk menyampaikan pendapat melalui buku jurnal yang diberikan. Mereka diwajibkan untuk mencatat, merenungkan tantangan yang dihadapi di camp, serta mengekspresikan nilai-nilai budi pekerti yang diperoleh melalui journaling yang dibimbing oleh positive discipline coach. Diharapkan, dengan cara ini, mereka dapat lebih memahami diri mereka sendiri, mengungkapkan pendapat dengan lebih terbuka, dan membentuk karakter yang lebih baik.
Menanamkan nilai-nilai budi pekerti pada anak-anak tentunya memerlukan penerapan pola pengasuhan yang baik. Oleh karena itu, orang tua memiliki peranan penting di rumah. Dengan menerapkan pola parenting yang baik dan selaras dengan kebutuhan anak, orang tua dapat menanamkan nilai-nilai budi pekerti dengan efektif. Ini akan membentuk karakter anak yang baik dan mempersiapkan mereka untuk menjadi individu yang bertanggung jawab dan beretika di masyarakat.
"Anak-anak zaman sekarang memiliki tingkat pengetahuan dan cara berpikir yang berbeda. Dengan cara ini, anak-anak dapat mengalami, melihat, dan mendengar langsung. Itulah filosofi dari adventure parenting. Taro adventure parenting adalah tentang orang tua yang melakukan observasi dan pengamatan, karena dengan cara ini mereka dapat mengenal anak-anak mereka, menyesuaikan diri, menyediakan apa yang dibutuhkan, dan mendukung perkembangan anak. Jadi, adventure parenting adalah sebuah perjalanan," paparnya lagi.
Dalam hal ini, orang tua pun dihadapkan dengan tantangan yang muncul saat anak-anak beralih dari SD ke SMP, terutama saat mereka memasuki fase pra-remaja. Dalam periode ini, anak-anak dan orang tua mungkin akan menghadapi berbagai tantangan utama. Sehingga perlu cara yang efektif untuk mempersiapkan perkembangan anak-anak mereka. Karena itu, pendekatan adventure parenting bisa menjadi cara untuk membantu orang tua bangun karakter dan budi pekerti anak-anak.
"Menjadi orang tua adalah perjalanan yang penuh tantangan dan tekanan. Karena itu, penting bagi orang tua untuk menekankan pentingnya mindset petualangan dalam parenting, di mana orang dan anak dapat bersama-sama menghadapi tantangan sehari-hari demi memperkuat bonding antara mereka. Lewat program seperti Taro Rangers Camp, anak-anak didorong untuk keluar dari zona nyaman mereka, menghadapi tantangan, dan belajar mengatasi masalah dengan cara yang menyenangkan. Ini tidak hanya memberikan pengalaman petualangan, tetapi juga bisa menjadi panutan mereka dalam menerapkan 5 nilai dasar yang diusung Taro," ujar Damar Wahyu Wijayanti selaku Certified Positive Discipline Parent Educator sekaligus co-Founder goodenoughparents.id.
Baca Juga: Membedakan Pola Asuh Anak dan Remaja yang Harus Diketahui Orang Tua
Dalam kesempatan ini, Damar Wahyu Wijayanti menjelaskan mengenai pentingnya pendekatan montessori dan positive discipline untuk membangun karakter anak yang kuat dan berbudi pekerti.
"Saya akan menjelaskan melalui development plane, yang diambil dari teori Dr. Maria Montessori. Beliau mengamati perkembangan anak-anak dari usia 0 hingga dewasa muda, dan ternyata perkembangan ini dapat dibagi menjadi empat kategori. Usia 0 hingga 6 tahun termasuk dalam kategori infancy, yang merupakan tahap anak-anak. Dalam fase ini, tugas utama tumbuh kembangnya adalah mencapai kemandirian fisik. Oleh karena itu, anak-anak usia 0 hingga 6 tahun sering kali tidak ingin dibantu, dan bisa marah jika ada yang mencoba membantu. Ini karena mereka memang sedang berusaha untuk mandiri secara fisik dan ingin melakukan segala sesuatu sendiri," katanya.
"Selanjutnya, kita memasuki fase usia berikutnya, yaitu masa kanak-kanak (childhood). Ini adalah fase yang terdapat dalam Taro Rangers, di mana usia anak-anak berkisar antara 6 tahun ke atas, tepatnya antara 6 hingga 12 tahun. Pada tahap ini, perkembangan anak sudah berbeda. Mereka tidak hanya menjadi mandiri secara fisik, tetapi juga mandiri secara intelektual. Anak-anak di usia ini cenderung ingin berpikir secara mandiri dan dapat diajari oleh orang tua. Biasanya, antara usia 6 hingga 12 tahun, anak-anak belajar lebih banyak dari pengalaman, teman-teman, dan guru, dibandingkan dari orang tua mereka sendiri. Hal ini wajar karena tugas perkembangan mereka adalah mampu berpikir sendiri. Oleh karena itu, peran kita adalah membantu anak untuk berpikir untuk dirinya sendiri melalui berbagai aktivitas yang dapat mendukung pengembangan karakter ini. Pemikiran abstrak menjadi penting di sini, sehingga anak-anak dapat berimajinasi dan bersosialisasi.
Lalu, bagaimana peran orang dewasa di sekitar anak-anak pada usia ini? Dalam pendekatan Montessori, ini dikenal sebagai Cosmic Education. Cosmic Education berarti kita membantu anak-anak memahami peran mereka di alam semesta. Montessori meyakini bahwa setiap makhluk hidup di alam semesta memiliki perannya masing-masing. Anak-anak di usia ini sangat cocok untuk diberi tahu tentang peran mereka di alam semesta, terutama mengingat banyaknya isu seperti pemanasan global, di mana manusia memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga lingkungan. Ini adalah waktu yang tepat untuk mengajarkan hal tersebut. Melalui Cosmic Education, anak-anak akan belajar bahwa mereka memiliki peran dalam lingkungan sekitar. Jika mereka tidak bertanggung jawab terhadap lingkungan, mereka harus memahami konsekuensinya. Ini sangat sesuai dengan kegiatan yang memungkinkan anak-anak bersentuhan langsung dengan alam dan memahami tanggung jawab serta cara untuk peduli terhadap lingkungan," paparnya lagi.
"Pertanyaan selanjutnya? Mengapa tidak pada anak remaja? Hal ini disebabkan karena tugas tumbuh kembang mereka sudah berbeda. Remaja di tingkat sekolah menengah dan atas berada pada usia 12 hingga 18 tahun. Pada tahap ini, mereka sudah menjadi individu sosial yang mandiri, sehingga tugas tumbuh kembang mereka adalah untuk memahami siapa jati diri mereka. Pemahaman tentang jati diri ini tidak diperoleh melalui cara seperti ini, tetapi akan mereka ketahui dari pengalaman sebelumnya di masa kanak-kanak, di mana mereka sudah memiliki karakter yang kuat. Dengan karakter yang telah terbentuk, mereka akan menerapkannya di masyarakat dalam kehidupan nyata, dan di situlah mereka mulai menyadari bahwa mereka adalah orang yang seperti ini: individu yang bisa berempati, tangguh, bertanggung jawab, dan lain-lain. Pemahaman ini diperoleh melalui kegiatan langsung di masyarakat. Biasanya, anak-anak di usia ini sudah jarang berada di rumah dan terlibat dalam klub atau kegiatan lainnya. Selain itu, di usia ini, mereka cenderung tidak terlalu imajinatif, sehingga jika ditawarkan cerita-cerita yang imajinatif, hal itu tidak terlalu menarik bagi mereka. Karena pada tahap ini, tugas mereka adalah beralih dari hal-hal yang imajinatif menuju kehidupan masyarakat," jelasnya.
Nah, dalam hal ini Taro berperan untuk memenuhi kebutuhan anak-anak berusia 6 hingga 12 tahun. Taro juga mengajarkan imajinasi melalui petualangan, cerita-cerita yang seru dan menarik.
"Untuk membantu anak mencapai kesuksesan di fase ini, ada beberapa hal yang perlu dikembangkan. Anak-anak perlu mengasah Significant Seven, yang merupakan elemen-elemen penting yang harus ditingkatkan agar mereka dapat mencapai lima nilai utama: kreativitas, integritas, keberanian, ketahanan, dan empati. Metode pengajaran yang tepat bukanlah dengan pendekatan seperti, "Dek, kamu harus peduli pada sesama," karena anak-anak pada usia ini cenderung tidak mau mendengarkan orangtua. Oleh karena itu, cara mengajarkannya harus melalui pengalaman yang kita fasilitasi," kata Damar Wahyu Wijayanti.
Sementara itu, Damar Wahyu Wijayanti juga memberikan penjelasan mengenai Significant Seven. Tiga yang pertama berkaitan dengan citra diri positif yang harus dimiliki anak untuk tumbuh menjadi individu yang berkualitas.
"Oleh karena itu, kita perlu membantu anak-anak merasa bahwa mereka mampu, berharga, dan memiliki kendali atas hidup mereka. Bagaimana cara membantu anak-anak menumbuhkan sikap ini? Caranya adalah dengan memberikan tantangan, memberikan kesempatan untuk eksplorasi, dan memberikan pengalaman di mana mereka dapat menyelesaikan masalah sendiri. Dengan mencari solusi menggunakan kreativitas mereka, anak-anak akan merasa bahwa mereka adalah individu yang mampu, berharga, dan memiliki kendali atas apa yang terjadi dalam hidup mereka. Jadi, hal ini dapat dicapai melalui berbagai tantangan dalam kehidupan," ungkapnya.
Tidak hanya itu, empat keterampilan penting yang juga perlu diasah adalah keterampilan dalam hidup, yang disebut sebagai Four Essential Skills.
"Pertama adalah keterampilan intrapersonal, yang mencakup segala sesuatu yang berkaitan dengan diri sendiri, seperti kemampuan mengelola emosi, menahan diri dari perilaku yang tidak sesuai norma, dan disiplin diri. Selanjutnya, ada keterampilan interpersonal, yaitu kemampuan berkomunikasi dan bekerja sama. Kemudian, keterampilan sistemik, yang melibatkan kemampuan beradaptasi dengan aturan dan norma yang berlaku di lingkungan. Terakhir, ada kemampuan menimbang, atau kemampuan untuk mengambil keputusan dan mempertimbangkan sebab akibat dari pilihan yang diambil," ujarnya.
Baca Juga: Pola Asuh Orangtua Terhadap Anak yang Berpengaruh pada Kepribadian Anak
Damar Wahyu Wijayanti menambahkan, keempat keterampilan ini juga dirancang untuk dilatih melalui tantangan yang dihadapi oleh adik-adik Taro Rangers.
"Selanjutnya, terdapat kemampuan sistemik, yaitu mengikuti aturan-aturan dari kakak Rangers agar semuanya tetap aman. Selain itu, ada kemampuan menimbang atau mengambil keputusan. Di dalam tantangan-tantangan tersebut, telah disediakan masalah-masalah yang mengharuskan mereka untuk membuat keputusan demi menyelesaikan tantangan itu. Dengan mengasah tujuh hal melalui tantangan-tantangan tersebut, diharapkan akan muncul hasil yang diinginkan. Hasilnya adalah lima nilai yang telah disebutkan sebelumnya. Harapannya, setelah lulus dari Taro Rangers Camp, anak-anak akan memiliki karakter-karakter tersebut. Jika keterampilan-keterampilan itu terasah dan citra diri mereka meningkat, maka akan muncul anak-anak yang memiliki empati, integritas, keberanian, ketahanan, dan kreativitas," tambahnya.
Namun, untuk mencapai semua ini bukanlah hal yang mudah ya Moms. Menurut Damar Wahyu Wijayanti, anak-anak tidak bisa hanya diberitahu atau dinasehati. Mereka perlu mengalami hal-hal tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, untuk menjadi orang tua yang baik dan dapat mendampingi anak-anak berusia 6 hingga 12 tahun dengan kebutuhan tersebut, perlu memiliki mindset adventure parenting.
"Apa itu adventure parenting? Adventure parenting adalah pendekatan parenting yang mampu mengubah momen biasa atau sederhana dalam kehidupan sehari-hari menjadi sebuah petualangan untuk pengembangan diri. Dengan harapan, tantangan atau petualangan tidak hanya berhenti di Taro Rangers Camps, tetapi juga akan diteruskan oleh anak-anak dan orang tua di rumah melalui tantangan sehari-hari. Dengan pola pikir adventure parenting ini, orang tua dan anak-anak dapat melihat bahwa setiap tantangan yang dihadapi sehari-hari adalah kesempatan untuk tumbuh dan belajar. Pertumbuhan ini tidak hanya dialami oleh anak, tetapi juga oleh orang tua. Orang tua juga belajar untuk mengembangkan kemampuan menahan diri, mengatur emosi, mempercayai anak, dan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengasah keterampilan tersebut melalui pengalaman," jelas Damar Wahyu Wijayanti.
Konsep adventure parenting ini yang juga diterapkan dan dirasakan pula oleh Nadia Frederica (The Hartono’s Family) seorang Key Opinion Leader atau KOL dan ibu dari dua anak bernama Clayton dan Cliff.
"Berbagai paparan yang ada pada anak sangat berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Dengan menguatkan core values pada anak sedari kecil hingga melakukan aktivitas yang mengandung unsur petualangan, mereka belajar menghadapi tantangan dan menemukan solusi bersama. Di sini, penting memposisikan peran orangtua maupun keluarganya menjadi tempat untuk bersandar ketika anak mengalami kesulitan. Dengan cara tersebut anak akan lebih terbuka dan percaya terhadap orangtua dan keluarganya," jelas Nadia.
Nadia Frederica mengatakan, sangat penting untuk mengajarkan anak-anak berkomunikasi dan memiliki empati pada orang lain.
"Saat ini perjalanan masih sangat panjang, karena anak-anak masih kecil. Namun, saya memang percaya pentingnya mengajarkan mereka untuk berkomunikasi dan memiliki empati, tanpa terkesan menggurui. Saya tidak pernah merasa diri saya paling benar, dan jika saya salah, saya tidak ragu untuk meminta maaf. Saya cenderung membiarkan anak-anak bercerita tentang diri mereka sendiri, kemudian saya mengamati apakah mereka sudah berada di jalur yang benar. Anak-anak saat ini memang cenderung sulit jika kita terkesan menggurui. Kita perlu dekat dengan mereka, tetapi tetap tidak menggurui. Saya sangat senang mengajak anak-anak untuk eksplorasi, sehingga mereka bebas melakukan apa pun dan kemudian kita diskusikan bersama.
Misalnya, saya sering mengajak mereka hiking atau berwisata. Saat kami naik transportasi umum, mereka membeli tiket sendiri dan merasakan pengalaman tersebut. Mereka belajar bahwa harus berdiri jika tempat duduk sudah penuh dan memahami pentingnya empati jika ada orang lain yang lebih membutuhkan tempat duduk. Saya sangat setuju bahwa menerapkan empati pada anak-anak saat ini sangatlah sulit, dan orangtua juga perlu memiliki empati. Pengalaman ini juga mengajarkan mereka tentang pemecahan masalah. Misalnya, jika ada orang berdiri, maka kita duduk. Hal ini juga membantu mereka dalam pengendalian diri, yang penting untuk regulasi emosi. Dengan demikian, biarkan mereka mengalami langsung agar tidak terkesan menggurui, tetapi belajar dari pengalaman nyata," paparnya.
Ada banyak kegiatan Taro Adventure Camp yang bisa membangun karakter anak menjadi pribadi yang kuat, tangguh, kreatif dan memiliki budi pekerti.
Pada awal kegiatan, acara dimulai dengan pembukaan program Taro Rangers Camp. Kegiatan ini diikuti oleh 40 anak yang telah terpilih melalui seleksi. Mereka akan mengikuti kegiatan selama dua hari mulai dari 28-29 September 2024 di Taman Safari Bogor.
Sebagai simbol dibukanya acara, mereka pun dibagikan topi yang akan dipakai selama petualangan di Taro Rangers Camp. Tidak hanya itu, mereka juga diminta menuliskan harapannya ke dalam kertas. Setelah itu, mereka harus menempelkannya ke sebuah dinding harapan yang sudah disediakan.
Berbagai harapan pun mereka utarakan melalui kertas tersebut. Mulai dari ingin menjadi anak yang tangguh dan kuat, hingga bisa memiliki teman yang banyak dan bermain bersama.
Sementara itu, pada akhir kegiatan, acara ditutup dengan graduation Taro Rangers Camp di Taman Safari Bogor.
Inisiatif Taro tentu tak berhenti hanya sampai situ. Taro berkomitmen untuk terus mendampingi orang tua dalam membentuk karakter kuat dan budi pekerti baik anak-anak melalui konsep Taro Adventure Parenting. Selain itu, kegiatan Taro Adventure Camp ini akan diadakan di kota lain dengan bentuk kegiatan yang berbeda. Tujuannya antara lain membangun karakter anak dan memberikan kesempatan pada orang tua untuk tumbuh bersama anak mereka melalui petualangan Taro.
"Taro ingin berkontribusi pada pembangunan karakter dan budi pekerti anak Indonesia melalui cerita dan kegiatan petualangan Taro. Disini, kami juga menyadari pentingnya peranan orangtua dalam pembangunan karakter dan budi pekerti anak. Untuk itu, kami ingin terus mendorong orang tua maupun anak-anak Indonesia untuk menjalani petualangan dalam belajar, bertumbuh, dan menghadapi setiap tantangan dengan penuh percaya diri. Petualangan ini baru saja dimulai, dan Taro akan selalu hadir untuk tumbuh bersama keluarga Indonesia dengan adventure parenting ini. Kami berharap bahwa para rangers yang sudah mengikuti kegiatan Taro Rangers Camp ini bisa menikmati dan mendapatkan manfaat positif sehingga tumbuh menjadi anak dengan karakter yang kuat dan budi pekerti yang baik," tutup Riza Arief Rahman.
Di usia 40 tahun, Taro siap menghadirkan semangat yang diusung sejak awal yaitu petualangan tanpa batas dengan membawa cerita petualangan Taro yang lebih dekat dan lebih nyata bagi anak-anak Indonesia dengan cara mengikuti Taro Rangers Camp tahun 2024. Dan dapat mengumpulkan anak-anak dengan lima nilai yang diberikan oleh Taro, yaitu compassion, integrity, courage, resilience, hingga creativity. Diharapkan kegiatan ini bisa menjadi inspirasi bagi anak-anak maupun orangtua agar bisa sama-sama bertumbuh dan juga memperkuat ikatan melalui petualangan yang penuh nilai.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai Taro Rangers Camp dan kegiatan lainnya, silakan kunjungi Instagram @tarosnack.id.
Baca Juga: Mengenal Jenis-jenis Pola Asuh Anak dan Pengaruh yang Didapatkan
Wicked Siap Menghiasi Layar Lebar Indonesia, Sebuah Adaptasi Sinematik dari Kisah Ikonik The Wizard of Oz
Penulis | : | Poetri Hanzani |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR