"Menjadi orang tua adalah perjalanan yang penuh tantangan dan tekanan. Karena itu, penting bagi orang tua untuk menekankan pentingnya mindset petualangan dalam parenting, di mana orang dan anak dapat bersama-sama menghadapi tantangan sehari-hari demi memperkuat bonding antara mereka. Lewat program seperti Taro Rangers Camp, anak-anak didorong untuk keluar dari zona nyaman mereka, menghadapi tantangan, dan belajar mengatasi masalah dengan cara yang menyenangkan. Ini tidak hanya memberikan pengalaman petualangan, tetapi juga bisa menjadi panutan mereka dalam menerapkan 5 nilai dasar yang diusung Taro," ujar Damar Wahyu Wijayanti selaku Certified Positive Discipline Parent Educator sekaligus co-Founder goodenoughparents.id.
Baca Juga: Membedakan Pola Asuh Anak dan Remaja yang Harus Diketahui Orang Tua
Dalam kesempatan ini, Damar Wahyu Wijayanti menjelaskan mengenai pentingnya pendekatan montessori dan positive discipline untuk membangun karakter anak yang kuat dan berbudi pekerti.
"Saya akan menjelaskan melalui development plane, yang diambil dari teori Dr. Maria Montessori. Beliau mengamati perkembangan anak-anak dari usia 0 hingga dewasa muda, dan ternyata perkembangan ini dapat dibagi menjadi empat kategori. Usia 0 hingga 6 tahun termasuk dalam kategori infancy, yang merupakan tahap anak-anak. Dalam fase ini, tugas utama tumbuh kembangnya adalah mencapai kemandirian fisik. Oleh karena itu, anak-anak usia 0 hingga 6 tahun sering kali tidak ingin dibantu, dan bisa marah jika ada yang mencoba membantu. Ini karena mereka memang sedang berusaha untuk mandiri secara fisik dan ingin melakukan segala sesuatu sendiri," katanya.
"Selanjutnya, kita memasuki fase usia berikutnya, yaitu masa kanak-kanak (childhood). Ini adalah fase yang terdapat dalam Taro Rangers, di mana usia anak-anak berkisar antara 6 tahun ke atas, tepatnya antara 6 hingga 12 tahun. Pada tahap ini, perkembangan anak sudah berbeda. Mereka tidak hanya menjadi mandiri secara fisik, tetapi juga mandiri secara intelektual. Anak-anak di usia ini cenderung ingin berpikir secara mandiri dan dapat diajari oleh orang tua. Biasanya, antara usia 6 hingga 12 tahun, anak-anak belajar lebih banyak dari pengalaman, teman-teman, dan guru, dibandingkan dari orang tua mereka sendiri. Hal ini wajar karena tugas perkembangan mereka adalah mampu berpikir sendiri. Oleh karena itu, peran kita adalah membantu anak untuk berpikir untuk dirinya sendiri melalui berbagai aktivitas yang dapat mendukung pengembangan karakter ini. Pemikiran abstrak menjadi penting di sini, sehingga anak-anak dapat berimajinasi dan bersosialisasi.
Lalu, bagaimana peran orang dewasa di sekitar anak-anak pada usia ini? Dalam pendekatan Montessori, ini dikenal sebagai Cosmic Education. Cosmic Education berarti kita membantu anak-anak memahami peran mereka di alam semesta. Montessori meyakini bahwa setiap makhluk hidup di alam semesta memiliki perannya masing-masing. Anak-anak di usia ini sangat cocok untuk diberi tahu tentang peran mereka di alam semesta, terutama mengingat banyaknya isu seperti pemanasan global, di mana manusia memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga lingkungan. Ini adalah waktu yang tepat untuk mengajarkan hal tersebut. Melalui Cosmic Education, anak-anak akan belajar bahwa mereka memiliki peran dalam lingkungan sekitar. Jika mereka tidak bertanggung jawab terhadap lingkungan, mereka harus memahami konsekuensinya. Ini sangat sesuai dengan kegiatan yang memungkinkan anak-anak bersentuhan langsung dengan alam dan memahami tanggung jawab serta cara untuk peduli terhadap lingkungan," paparnya lagi.
"Pertanyaan selanjutnya? Mengapa tidak pada anak remaja? Hal ini disebabkan karena tugas tumbuh kembang mereka sudah berbeda. Remaja di tingkat sekolah menengah dan atas berada pada usia 12 hingga 18 tahun. Pada tahap ini, mereka sudah menjadi individu sosial yang mandiri, sehingga tugas tumbuh kembang mereka adalah untuk memahami siapa jati diri mereka. Pemahaman tentang jati diri ini tidak diperoleh melalui cara seperti ini, tetapi akan mereka ketahui dari pengalaman sebelumnya di masa kanak-kanak, di mana mereka sudah memiliki karakter yang kuat. Dengan karakter yang telah terbentuk, mereka akan menerapkannya di masyarakat dalam kehidupan nyata, dan di situlah mereka mulai menyadari bahwa mereka adalah orang yang seperti ini: individu yang bisa berempati, tangguh, bertanggung jawab, dan lain-lain. Pemahaman ini diperoleh melalui kegiatan langsung di masyarakat. Biasanya, anak-anak di usia ini sudah jarang berada di rumah dan terlibat dalam klub atau kegiatan lainnya. Selain itu, di usia ini, mereka cenderung tidak terlalu imajinatif, sehingga jika ditawarkan cerita-cerita yang imajinatif, hal itu tidak terlalu menarik bagi mereka. Karena pada tahap ini, tugas mereka adalah beralih dari hal-hal yang imajinatif menuju kehidupan masyarakat," jelasnya.
Nah, dalam hal ini Taro berperan untuk memenuhi kebutuhan anak-anak berusia 6 hingga 12 tahun. Taro juga mengajarkan imajinasi melalui petualangan, cerita-cerita yang seru dan menarik.
"Untuk membantu anak mencapai kesuksesan di fase ini, ada beberapa hal yang perlu dikembangkan. Anak-anak perlu mengasah Significant Seven, yang merupakan elemen-elemen penting yang harus ditingkatkan agar mereka dapat mencapai lima nilai utama: kreativitas, integritas, keberanian, ketahanan, dan empati. Metode pengajaran yang tepat bukanlah dengan pendekatan seperti, "Dek, kamu harus peduli pada sesama," karena anak-anak pada usia ini cenderung tidak mau mendengarkan orangtua. Oleh karena itu, cara mengajarkannya harus melalui pengalaman yang kita fasilitasi," kata Damar Wahyu Wijayanti.
Sementara itu, Damar Wahyu Wijayanti juga memberikan penjelasan mengenai Significant Seven. Tiga yang pertama berkaitan dengan citra diri positif yang harus dimiliki anak untuk tumbuh menjadi individu yang berkualitas.
"Oleh karena itu, kita perlu membantu anak-anak merasa bahwa mereka mampu, berharga, dan memiliki kendali atas hidup mereka. Bagaimana cara membantu anak-anak menumbuhkan sikap ini? Caranya adalah dengan memberikan tantangan, memberikan kesempatan untuk eksplorasi, dan memberikan pengalaman di mana mereka dapat menyelesaikan masalah sendiri. Dengan mencari solusi menggunakan kreativitas mereka, anak-anak akan merasa bahwa mereka adalah individu yang mampu, berharga, dan memiliki kendali atas apa yang terjadi dalam hidup mereka. Jadi, hal ini dapat dicapai melalui berbagai tantangan dalam kehidupan," ungkapnya.
Wicked Siap Menghiasi Layar Lebar Indonesia, Sebuah Adaptasi Sinematik dari Kisah Ikonik The Wizard of Oz
Penulis | : | Poetri Hanzani |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR