Nakita.id - Semakin hari peningkatan kasus Covid-19 semenjak munculnya varian Omicron semakin terlihat.
Hingga hari ini, Indonesia mencatat keseluruhan kasus pasien positif Covid-19 sebanyak 4,58 juta.
Dari jutaan kasus tersebut, angka positif Covid-19 pada anak juga ikut meningkat.
Hal ini dibenarkan oleh Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Piprim Basarah Yanuarso mengungkapkan bahwa saat ini terjadi peningkatan hingga 1.000 kasus jika dibandingkan dengan Januari 2022.
Sehingga adanya peningkatan yang mencapai 10 kali lipat atau bahkan 1.000 persen lebih.
"Jadi kalau dari Januari (ke Februari) naik 10 kali lipat atau 1.000 persen lebih. Kalau dari pekan kemarin naik 300 persen," kata Piprim dalam konferensi pers Launching Buku Pedoman Tatalaksana Covid-19 Edisi 4, Rabu (9/2/2022) mengutip dari Kompas.
Dari kasus tersebut, tercatat ada 676 kasus positif pada anak pada 24 Januari 2022 dan terus meningkat hingga hari ini.
Sehingga kasus konfirmasi positif Covid-19 pada anak ini terus mengalami tren naik yang cukup tajam.
Data per 31 Januari 2022, konfirmasi positif Covid-19 pada anak di Indonesia menjadi 2.775 kasus.
Kasus tersebut kembali meningkat signifikan lagi sampai pada 7 Februari 2022 yang sudah mencapai 7.190 kasus Covid-19 pada anak.
"Artinya naiknya berapa kali? 300 persen ya laporan dari teman-teman (IDAI) di cabang, kenaikannya 300 persen dari sebelumnya (31 Januari 2022)," kata dia.
"Kalau dibanding Januari 676 kasus, menjadi 7.990 kasus (7 Februari) itu berarti udah 1.000 persen lebih atau 10 kali lipat lebih," tambahnya.
Hal ini terjadi karena varian Omicron dan varian Delta mendominasi infeksi kasus pandemi Covid-19 di Indonesia.
Yang mana keduanya cenderung memiliki kemampuan lebih cepat dalam transmisi atau penularannya.
Oleh sebab itu, IDAI mengingatkan orang tua tetap harus waspada karena anak juga bisa terinfeksi Covid-19.
"Jadi, sebagian besar ya mereka (anak terinfeksi Covid) gejalanya dari saluran pernapasan, batuk, pilek, nyeri tenggorokan. Ya hampir sama kayak flu biasa," kata dia.
"Kalau ketemu anak batuk, pilek, anget (panas badan), waspada tertular varian (Omicron) ini," tambahnya.
Meski demikian, beberapa anak bisa tertular Covid-19 tetapi sudah mendapatkan vaksin tanpa memiliki komorbid bisa saja memiliki kemampuan untuk membuat Covid-19 menjadi tidak bergejala atau bergejala ringan.
Sehingga kemudian jika terinfeksi Covid-19, mampu menurunkan risiko kritis.
Oleh karena itu, IDAI mengimbau agar anak-anak yang tidak memiliki kendala atau masalah dengan persyaratan penerimaan Covid-19 untuk segera diberikan vaksin.
"Vaksin itu penting ya, untuk anak-anak juga. (Terinfeksi tetapi) Enggak ada gejala apa-apa, itu tetap nanti dia bisa menularkan ke mana-mana (Covid-19 tersebut)," ujarnya.
Piprim juga mengingatkan, orangtua seharusnya tidak perlu ragu lagi dengan vaksin Covid-19 yang ada saat ini.
Hal ini karena vaksin dikeluarkan izin penggunaan daruratnya telah sesuai prosedur atau standar keamanan pada anak-anak.
Akan tetapi, jika anak-anak memang memiliki penyakit penyerta atau komorbid yang berat, silakan dikomunikasikan dan dikonsultasikan dengan dokter ahlinya.
Selain memberikan vaksinasi Covid-19, upayakan anak-anak juga memenuhi vaksinasi atau imunisasi wajib yang seharusnya mereka terima dengan rutin.
Orang dewasa ataupun orangtua yang serumah dengan anak-anak juga harus menerapkan protokol kesehatan dan mengajarkan anak untuk patuh protokol kesehatan di mana pun dan kapan pun agar terhindar dari infeksi Covid-19.
Baca Juga: Sulit Menjaga Jarak Saat PTM, Siswa TK di Depok Tertular Covid-19 dari Gurunya
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR