"Selama ini kita mengira aman tetapi faktanya minus 5,13 % dan Indonesia di ambang retensi apalagi di ASEAN artinya penanganan wabah pemerintah terlalu keliru terlalu mengutamakan aspek ekonomi," jelas Tulus.
Selain itu aspek tekanan psikologi konsumen juga menyebabkan kasus klaim obat Covid-19 banyak beredar.
"Covid-19 belum ada obat atau vaksin sehingga masyarakat mencari jalan keluar sendiri-sendiri. Sebenarnya secara undang-undang kita boleh menjalani pengobatan secara mandiri tetapi kalau untuk kemudian produk itu dikomersialisasi itu menjadi persoalan," kata Tulus.
Kemudian lemahnya literasi konsumen terhadap produk obat-obatan juga menyebabkan kasus klaim obat Covid-19 beredar.
Salah satu jalan keluar mengatasi kabar klaim obat yang dapat menyembuhkan Covid-19 adalah meningkatkan literasi masyarakat terhadap obat, jamu, dan herbal.
"Jamu dan herbal untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Badan kita kan butuh tentara untuk menghadapi musuh.
Nah si herbal ini tugasnya membentuk badan kita menyiapkan tentaranya. Bukan mematikan si virus (Covid-19) kalau si virusnya tidak akan mati dengan herbal itu.
Tapi harapannya dengan tentara yang cukup di badan kita si musuh itu akan kalah gitu," ucap Dra. Mayagustina Andarini, M.Sc., Apt, Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan Kosmetk Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI).
Penulis | : | Cecilia Ardisty |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR