Nakita.id - Terjadi lagi kasus kekerasan pada anak, kali ini pada seorang model cilik asal Zhejiang, China.
Melansir Nakita.id, sebuah video merekam tindakan ibu dari model cilik bernama Niu Niu, di mana wanita itu tega menyiksanya.
Warganet mengecam keras perlakuan ibu Niu Niu, bahkan ibu model cilik yang terkenal di Tiongkok itu menendang putrinya saat melakukan pemotretan.
Baca Juga : Berikan yang Terbaik, Bahan Alami Harus Jadi Pilihan Utama Agar Bayi Terlindungi
Dalam video yang dibagikan di situs media sosial China, video tersebut memperlihatkan Niu Niu yang baru berusia tiga tahun tengah bergaya memegang tas.
Ada fotografer yang mengambil gambar Niu Niu, sebelum kemudian bocah itu menurunkan tasnya, diduga karena lelah tampil.
Ibu Niu Niu pun menendang bokong putrinya sambil berteriak agar ia mengambil tasnya kembali.
Kecaman warganet timbul, pasalnya ibu Niu Niu tega memberi hukuman fisik dan memaksanya bekerja.
Tentunya Moms mengetahui jika hukuman fisik pada Si Kecil merupakan hal yang patut dihindari.
Baca Juga : #LovingNotLabelling: Menasihati Anak dengan Hukuman Fisik Tidak Efektif Malah Sebabkan Hal Ini
Hukuman fisik, mengutip laman Live Strong, justru memberikan dampak buruk lebih panjang, alih-alih membuat Si Kecil menjadi lebih disiplin.
Jika Moms ingin Si Kecil tumbuh menjadi anak yang pintar dan sukses, baiknya hukuman fisik dihindari.
Simak 4 dampak negatif dari hukuman fisik yang diterima Si Kecil.
Baca Juga : Rawat Kulit Kaki dengan Lulur Alami dari Bahan Rumahan Ini Moms!
1. Membuat anak lebih agresif
Ketika anak menerima hukuman fisik, ia akan mengingatnya dan menjadikannya contoh.
Psikolog dan pakar pendidikan asal Amerika Serikat, Lynne Namka, menjelaskan jika hukuman fisik memicu anak menjadi lebih agresif.
Bahkan walau hukuman tersebut dilakukan untuk menghentikan perilaku tertentu, dampaknya akan bertolak belakang.
Anak tak selalu dapat memahami perbedaan antara tindakan agresif yang membuat mereka dihukum dengan hukuman fisik sebagai cara mendisiplinkan.
Mereka tak bisa membedakan antara memukul teman dengan mendapat pukulan sebagai hukuman.
Oleh karena itu memberikan hukuman fisik, menurut Akademi Dokter Anak Amerika Serikat, dapat memicu meningkatnya tindak agresif anak.
Baca Juga : #LovingNotLabelling: Cara Atasi Rasa Khawatir Berlebihan Pada Anak
2. Menurunkan IQ anak
Hukuman fisik ternyata dapat memengaruhi kecerdasan anak.
Sebuah penelitian menemukan jika anak yang menerima hukuman fisik lebih sulit mengikuti perkembangan kognitif sesuai usianya.
Bahkan hukuman fisik dapat menurunkan IQ Si Kecil.
Sebab memukul atau memberikan hukuman fisik lainnya pada anak dapat menurunkan kepadatan bagian abu-abu dari otak.
Bagian ini sangat krusial untuk memengaruhi kemampuan belajar anak.
3. Meningkatkan risiko kekerasan dalam rumah tangga
Baca Juga : Ayu Ting Ting Terancam Tak Bisa Pulang ke Indonesia, Murka dan Tuntut Maskapai dengan Kalimat Ini
Penelitian menemukan jika remaja yang menerima hukuman fisik memiliki risiko tiga kali lebih besar nantinya akan menganiaya anaknya sendiri.
Memberikan hukuman fisik mengajarkan anak jika menyakiti orang lain diperbolehkan.
Akibatnya Si Kecil akan menerjemahkan tindakan fisik merupakan salah satu cara menyelesaikan masalah, misalnya dengan memukul.
Pemikiran ini dapat bertahan pada anak, bahkan ketika ia tumbuh besar dan telah menjadi orangtua.
Ini dapat memicu kekerasan dalam rumah tangga, karena ia telah menanamkan pikiran memukul orang lain boleh dilakukan sebagai penyelesaian.
4. Meningkatkan risiko gangguan mental
Anak yang kerap mendapatkan hukuman fisik akan terganggu perkembangan emosionalnya pula.
Bahkan tak hanya hukuman fisik, menghukum secara verbal seperti membentak juga dapat menimbulkan gangguan psikologis pada anak.
Baca Juga : Waspada Anemia Saat Hamil yang Tidak Disadari, Ini Cara Mencegahnya!
Hukuman fisik yang terlalu keras dapat menurunkan kepercayaan diri anak, merusak perkembangan otak, bahkan memicu kelainan fokus hingga risiko penggunaan obat terlarang.
Mendapatkan hukuman fisik bisa memicu Si Kecil memiliki kemampuan sosialisasi yang kurang baik, mudah gugup, hingga meningkatkan risiko depresi saat ia tumbuh dewasa.
Source | : | live strong,Nakita.id |
Penulis | : | Anisa Annan |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR