“Jadi bukannya dia dikritik dan jadi bersemangat tetapi dia jadi merasa dibenarkan bahwa dia malas,” ungkap Nina.
Daripada mengatakan malas, Nina menyarankan orangtua menuntun apa yang hendak dia harapkan dari anak.
“Dari pada dia bilang beresin kamar, dia bisa lebih detail. Misalnya tolong dong barang barang yang di atas lantai dinaikan ke atas meja, setelah itu tolong disapu dulu lantainya. Jadi lebih mudah untuk dicapai dibandingkan membereskan kamar secara keseluruhan,” ujarnya memberi contoh.
Baca Juga : Yuk Bersepeda! Ternyata Punya Manfaat Untuk Kesehatan Otak dan Tulang!
Menurut Nina, jangan gunakan kata bodoh tetapi pahami dahulu kondisi anak.
Sebagai seorang psikolog, Nina juga melihat bahwa kadang kala anak-anak tidak hanya kesulitan dalam pelajaran karena pelajaran itu saja.
Ada berbagai faktor yang dapat memengaruhinya.
“Kadang kadang ada pelajaran matematika yang dia tidak bisa mengejarkannya karena belum betul-betul paham. Ada juga masalah ketidak telitian. Atau karena tidak bisa konsentrasi. Beberapa hal itu kan tentu berbeda-beda penanganannya,” ungkap Nina.
Baca Juga : Alasan Sonya Fatmala, Istri Hengky Kurniawan Tak Mau Titipkan Anak Inspiratif
“Selain itu, kadang-kadang ketika anak terlalu tertekan dengan guru atau pelajaran tertentu, anak tidak bisa mengerjakan pelajaran tersebut. Hal-hal itu yang akhirnya membuat dia terkesan gagal terus dalam pelajaran tersebut,” tambahnya.
Source | : | YouTube,grid.id,nakita.grid.id |
Penulis | : | Fadhila Afifah |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR