Setelah menemukan target, pelaku mulai membangun hubungan dengan anak tersebut.
Mereka sering kali berpura-pura menjadi teman, mentor, atau orang yang peduli terhadap kondisi emosional korban.
Dalam tahap ini, pelaku akan mendengarkan masalah anak, memberikan nasihat, dan menampilkan diri sebagai orang yang dapat dipercaya.
3. Isolasi Emosional
Setelah kepercayaan terbentuk, pelaku akan berusaha mengisolasi korban dari lingkungannya, seperti keluarga atau teman-teman.
Mereka mungkin memberi tahu korban bahwa hanya mereka yang bisa memahami dan mendukung anak tersebut.
Pelaku juga bisa meminta anak untuk tidak menceritakan hubungan mereka kepada siapa pun, menciptakan rasa ketergantungan emosional.
4. Memperkenalkan Topik Seksual
Pada tahap ini, pelaku mulai memperkenalkan topik-topik seksual dalam percakapan.
Hal ini bisa dilakukan secara bertahap, mulai dari hal-hal yang tampak tidak berbahaya, seperti membicarakan hubungan romantis, hingga ke percakapan yang lebih eksplisit.
Pelaku menggunakan teknik manipulatif untuk membuat korban merasa bahwa ini adalah hal yang normal atau bagian dari hubungan mereka.
Baca Juga: Apa Itu MPox? Kepanjangannya Monkey Pox, Hati-hati Bisa Menular!
5. Eksploitasi
Tahap terakhir adalah eksploitasi seksual, di mana pelaku mulai memaksa atau memanipulasi korban untuk melakukan tindakan seksual.
Eksploitasi ini bisa berupa permintaan foto atau video tidak senonoh, mengajak korban untuk bertemu langsung, atau tindakan lain yang melibatkan kontak fisik maupun non-fisik.
BERITA POPULER: Kondisi Lolly Anak Nikita Mirzani Membaik hingga Vadel Badjideh Sakit Pas Mau Diperiksa Polisi
Penulis | : | Diah Puspita Ningrum |
Editor | : | Diah Puspita Ningrum |
KOMENTAR