Faktor genetik atau keturunan memainkan peran penting dalam perkembangan penyakit autoimun.
Jika salah satu orang tua atau anggota keluarga lain memiliki riwayat penyakit autoimun, risiko anak untuk mengalaminya juga meningkat.
Namun, memiliki gen tertentu tidak selalu berarti bahwa anak pasti akan mengembangkan penyakit autoimun.
2. Lingkungan
Faktor lingkungan, seperti paparan terhadap virus atau bahan kimia tertentu, bisa memicu perkembangan penyakit autoimun.
Beberapa infeksi virus atau bakteri dapat menyebabkan sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan dan mulai menyerang jaringan tubuh yang sehat.
3. Perubahan Hormon
Perubahan hormon selama masa pertumbuhan anak, terutama selama masa pubertas, bisa menjadi salah satu pemicu penyakit autoimun.
Beberapa penyakit autoimun lebih sering terjadi pada perempuan, yang diduga terkait dengan fluktuasi hormon estrogen.
4. Paparan Toksin atau Polusi
Paparan zat berbahaya seperti asap rokok, polusi udara, atau bahan kimia tertentu juga dapat meningkatkan risiko penyakit autoimun pada anak-anak.
Zat-zat ini dapat memengaruhi fungsi normal sistem kekebalan tubuh dan memicu peradangan.
5. Stres
Stres emosional atau fisik juga dapat berperan dalam memicu timbulnya gejala autoimun.
Pada anak-anak, tekanan dari lingkungan sekitar, seperti stres sekolah atau masalah keluarga, dapat mempengaruhi keseimbangan sistem kekebalan mereka.
Penyakit autoimun pada anak memerlukan perhatian dan perawatan khusus agar gejala-gejalanya dapat dikelola dengan baik.
Mengenali gejala seperti kelelahan, demam berkepanjangan, ruam kulit, atau gangguan pencernaan bisa menjadi langkah awal untuk mendapatkan diagnosis dini.
Dengan dukungan medis yang tepat serta perawatan yang komprehensif, anak dengan autoimun dapat menjalani kehidupan yang sehat dan produktif.
Penulis | : | Diah Puspita Ningrum |
Editor | : | Diah Puspita Ningrum |
KOMENTAR