- Melakukan pembinaan kader agar kader memiliki kemampuan untuk melakukan pengukuran balita sesuai standar juga memiliki kemampuan untuk pelakukan penyuluhan seputar Kesehatan balita; serta
- Melakukan konseling makan jika ada balita dengan masalah berat badan.
Selain pihak puskesmas maupun posyandu, Hana menegaskan bahwa orangtualah yang berperan penting dalam mencegah risiko stunting pada anak.
Tujuannya agar tumbuh kembang anak dapat berlangsung secara optimal dan sesuai harapan.
Agar peduli akan risiko stunting ini, Hana bersama dengan ahli gizi dan kader lainnya merangkul para orangtua dengan cara melakukan penyuluhan dan pendampingan kepada keluarga ibu hamil serta balita.
Namun, jika ada pihak orangtua yang kurang peduli akan dampak stunting ini, Hana mewakili para ahli gizi dan kader akan tetap melakukan edukasi, ditambah pendampingan serta monitoring.
Apalagi, jika ada pihak orangtua yang menolak rumahnya dikunjungi, dimana Hana dan pihak puskesmas/posyandu harus bekerja sama dengan RT, RW, dan lurah setempat untuk memberikan edukasi lebih lanjut tentang dampak stunting pada anak.
Sebagai kesimpulan, Hana kembali mengingatkan bahwa stunting dapat dicegah sejak dini.
"Stunting dapat dicegah dengan menjaga agar remaja putri dan ibu hamil tidak anemia, memberikan ASI Eksklusif pada bayi, pemberian makan bayi dan anak sesuai rekomendasi, mulai memberikan makan anak tepat usia 6 bulan," tutupnya.
Jadi untuk Moms dan Dads di luar sana, yuk kita sama-sama lawan stunting pada anak Indonesia sejak dini.
Sebagai orangtua, kita harus terus mendukung tumbuh kembang anak kita sendiri agar bisa tumbuh menjadi Generasi Emas di tahun 2045 sesuai harapan pemerintah Indonesia.
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR