Nakita.id - Mitos tentang ASI ada banyak yang kerap disalahartikan.
Bukan hanya ibu hamil, namun ibu menyusui pun kerap mendengar berbagai mitos.
Biasanya waktu kita menyusui, muncul lah aneka "nasehat" yang berbau anjuran dan larangan.
Tidak boleh ini, harus itu, dan sebagainya. Padahal, seringkali itu cuma mitos belaka, lo.
Apa saja mitos tentang ASI yang banyak didengar para ibu menyusui? Simak faktanya berikut ini.
Tidak ada istilah ASI basi selama ASI ada di payudara ibu.
ASI dianjurkan untuk tidak diberikan lagi kalau berada di luar payudara ibu lebih dari 8 jam.
Cairan ASI bukan seperti air, tapi sama halnya seperti darah yang mengandung mikroorganisme yang hidup.
Bila berada di udara terbuka lebih dari 8 jam, makhluk hidup ini akan mati yang menyebabkan ASI menjadi basi dan tidak layak lagi dikonsumsi.
Tapi selama masih ada di payudara ibu, kapanpun juga ibu akan memberikan, ASI selalu tetap steril dan segar.
ASI yang disimpan di kulkas bisa tahan dua hari.
Baca Juga: Posisi Menyusui Bayi Baru Lahir Agar Puting Tidak Lecet, Aman Bagi Ibu dan Bayi
Di frezeer yang satu pintu dengan bagian bawahnya bisa tahan dua minggu, sedangkan di frezzer yang pintunya terpisah, bisa bertahan selama dua minggu.
Jadi tidak ada lasan ibu yang tidak bekerja tidak bisa memberikan ASI-nya.
Soal warna dan kejernihan, jangan harapkan ASI sama putih dan bagusnya seperti susu kaleng.
Bila ASI encer, keruh dan kuning, bukan berarti kualitasnya jelek.
Rasa ASI juga sepet-sepet dan bayi tetap saja mengisapnya karena refleks.
Bayi belum mengerti soal taste/rasa sehingga dia tak akan memilah-milah apakah ASI enak atau tidak.
Warna ASI tergantung pula dari apa yang dimakan ibu. Jika ibu banyak makan protein, memang warnanya agak sedikit keruh. Tapi tidak apa-apa.
Dalam hal makanan, bagi ibu tak ada pantangan. Misal, tak ada kepercayaan kalau ibu banyak makan cabe nanti bayinya mencret. Yang mencret bukan bayinya tapi ibunya.
Faktanya, ASI tidak akan merusak kulit.
Pada bayi, memang ada penyakit kulit yang disebut atopik dermatitis, atau sering disebut milk dermatitis.
Biasanya menyerang daerah pipi, tapi penyebabnya bukanlah ASI atau hasil kontak kulit dengan cairan susu. Tapi memang sudah ada kelainan kulit pada si bayi tersebut.
Baca Juga: Cara Tepat Mengurangi Berat Badan saat Menyusui, Perhatikan Hal Penting Ini
Kelainan kulit ini berkaitan dengan kepekaan bawaan bayi yang disebut atopi.
Biasanya terjadi pada anak yang berasal dari keluarga yang memiliki riwayat eksim dan alergi di hidung yang ditandai oleh sering bersin (rinitis).
Bila tidak segera diobati, kulit akan menghitam dan mengeras.
Pada beberapa tempat, misalnya di Amerika Selatan, ASI justru berfungsi sebagai obat.
Di pedalaman Mexico, bila mata bayi belekan, langsung ditetesi dengan ASI karena cairan ASI mengandung antibiotik pembunuh kuman.
Ini terutama mitos bagi mereka yang mempunyai bayi laki-laki, sebab konon katanya tetesan ASI ini kelak dapat membuat impoten.
Hal ini sama sekali tidak benar, karena ASI adalah cairan yang sangat berharga untuk bayi dan tetap yang paling baik.
ASI tidak akan menimbulkan penyakit atau kendala apapun bagi si bayi.
Di negara-negara maju, pada saat menyusui, bayi justru dianjurkan untuk bertelanjang supaya dapat bersentuhan kulitnya langsung dengan kulit bayi.
Ibu dianjurkan untuk mengelus-elus seluruh tubuh bayi, terutama di panca indera untuk melatih sensitivitas indera-indera tersebut.
Jadikan kegiatan menyusui sebagai saat intimate time bersama Si Kecil.
Baca Juga: Makanan dan Minuman yang Dianjurkan Untuk Ibu Menyusui
Penelitian menunjukkan, ibu yang menyusui sambil mengelus-elus tubuh bayinya, tanpa disambi mengerjakan hal lain, hanya terfokus pada bayi, dapat meningkatkan antibodi Si Kecil sampai delapan puluh persen!
Menurut mitos, bila selama masa nifas membersihkan rambut, akan membuat ASI menjadi dingin.
Tidak benar karena ASI tidak bisa dingin, ataupun panas.
Walaupun suhu di luar sangat dingin atau gerah, suhu ASI akan tetap sama. Itulah keuntungan ASI karena bisa diberikan kapan saja dan di mana saja.
Tidak perlu dihangatkan atau didinginkan. Sebegitu hebatnya ASI, sehingga kalau ibunya malas mandi sekalipun, sedang kedinginan atau kepanasan, tidak akan mempengaruhi kualitas ASI-nya.
Beberapa orang percaya, ibu menyusui tak boleh menikmati minuman panas atau dingin karena akan berpengaruh pada bayi yang disusuinya.
Ternyata ASI bukanlah seperti keran air, yang kalau kita minum es, air susu yang meluncur keluar langsung ikut dingin juga. Sedangkan bila minum hangat, lidah bayi akan melepuh.
Itu semua tidak benar, ibu menyusui boleh saja minum es ataupun minuman panas.
Sebab jika ibu minum es, misal, setelah masuk ke tubuh tak akan berbentuk es lagi, tapi akan mencair dan sudah menjadi suhu tubuh.
Begitu pula minuman atau makanan yang dimakan ibu, karena di dalam payudara, ada semacam "saringan".
Jadi bukannya semua yang dimakan, masuk ke usus, langsung ke payudara lalu menjadi ASI.
Baca Juga: 6 Pilihan Jamu untuk Ibu Menyusui Supaya ASI Lancar, Perlu Diminum Secara Rutin!
Paling tidak, dari usus, lalu ke darah, mengalir ke payudara, baru menjadi ASI.
Jadi makanan dan minuman apapun yang tidak mengandung alkohol boleh dimakan, karena ASI ini sifatnya individual. Ada anak yang tahan, ada yang tidak.
Mudahnya dengan ASI, ibu bisa langsung mendeteksi bila bayinya mencret.
Misalnya lantas memikirkan, "kemarin makan apa ya?", jadi si ibu bisa menghentikan dulu makanan atau minuman tersebut.
Baca Juga: Apakah Boleh Melakukan Diet Selama Menyusui? Ini Jawabannya!
Source | : | Tabloid Nakita |
Penulis | : | Nita Febriani |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR