Nakita.id - Pada dasarnya setiap orang memiliki sejumlah bakteri dan mikroorganisme lain di dalam tubuh.
Bahkan jumlah bakteri dan mikroorganisme lain tersebut mencapai sekitar sepuluh kali lebih banyak dibandingkan dengan jumlah sel dalam tubuh kita.
Salah satu tempat bakteri dan mikroorganisme tinggal di area vagina perempuan.
BACA JUGA: Ingin Turunkan Berat Badan? Atur Ulang Isi Kulkas Menjadi Seperti Ini
Jacques Ravel, profesor dan direktur asosiasi untuk genomik di Institute for Genome Sciences di University of Maryland School of Medicine mengatakan bahwa hal itu adalah sesuatu yang normal.
Dari penelitiannya bersama Larry Forney dari University of Idaho, Ravel menemukan bahwa vagina adalah habitat dari lima koloni bakteri dan merupakan ekosistem yang bisa berubah dengan cepat tetapi dalam artian yang positif.
Adapun lima koloni bakteri tersebut merupakan gabungan dari beberapa tipe.
Tipe pertama sampai ketiga didominasi oleh species Lactobacillus dan dua tipe terakhir lebih beragam.
Nah, berikut beberapa hal mengenai bakteri-bakteri tersebut yang perlu diketahui, sebagaimana yang dilansir dari huffingtonpost.com.
BACA JUGA: dr. Tompi: Tidak Ada Jurnal Yang Menjelaskan Penggunaan Filler atau Benang Untuk Meninggikan Hidung
Bakteri dalam vagina sama dengan bakteri yang ada di yoghurt
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa tipe pertama sampai ketiga bakteri dalam vagina didominasi oleh species Lactobacillus.
Dimana bakteri ini merupakan bakteri yang sama yang ada di dalam yogurt. Meskipun secara spesies spesifik memang sedikit berbeda.
Selain yoghurt, bakteri ini seringkali digunakan dalam industri pembuatan keju, acar, bir, minuman anggur, cuka, kimchi, terasi, dan bahkan cokelat.
Dari penjelasan tersebut, Moms tentu dapat menyimpulkan bahwa bakteri Lactobacillus ini merupakan salah satu bakteri baik yang dapat bermanfaat untuk tubuh.
BACA JUGA: Tak Pintar Matematika Bukan Berarti Anak Bodoh, Potensinya Bisa Jadi di Bidang Lain
Bakteri dalam vagina dapat menurunkan risiko Infeksi Menular Seksual (IMS)
Adapun bakteri yang dimaksud di sini ialah bakteri Lactobacillus yang telah dijelaskan sebelumnya.
Bakteri ini memungkinkan mencegah infeksi Menular Seksual (IMS) seperti klamidia, gonore, dan HIV. Juga bisa cegah radang panggul.
Menurut Ravel hal ini terjadi karena bakteri Lactobacillus dapat menghasilkan banyak asam laktat hingga menurunkan tingkat pH vagina sampai 3,5 atau 4.
Lingkungan yang asam ini kemudian menjadi musuh bagi infeksi.
"Vagina adalah situs terbuka seperti halnya mulut atau apapun. Artinya, Anda bisa memiliki banyak bakteri yang menyerang. Tapi Lactobacillus membuat vagina asam dan melindungi dari semua itu" ujar Ravel.
BACA JUGA: Konsumsi Plasenta Menjadi Tren, Padahal Ini Bahaya Di Baliknya
Bakteri dalam vagina dapat membantu mencegah persalinan prematur
Beberapa penelitian menunjukan bahwa wanita hamil yang memiliki bakteri Lactobacillus di vagina mereka canderung tidak melahirkan banyinya secara prematur.
Salah satu penelitian terharap 49 penelitian wanita hamil menghubungkan bakteri Lactobacillus dengan risiko persalinan prematur yang lebih rendah.
Meski begitu, penelitian lain menunjukan bahwa ras dapat menjelaskan mengapa bakteri Lactobacillus dapat membantu mencegah kelahiran prematur bagi beberapa wanita.
"Menurut saya, asosiasi ini jauh lebih rumit dari yang kita duga. Prematuritas menjadi kondisi multi-faktorial dan multi-kausal," ujar Ravel.
BACA JUGA: Tak Banyak Tahu, Salah Potong Avokad Manfaatnya Hilang Ini yang Benar
Tidak semua wanita memiliki bakteri baik di vagina
Mekipun bakteri dalam vagina didominasi oleh bakteri Lactobacillus, tetapi kenyataannya ada beberapa wanita yang justru tidak memiliki bakteri baik itu.
Dari data yang dikumpulkan oleh Raven dan rekan-rekannya, lebih dari 25% wanita memiliki bakteri Lactobacillus di vagina mereka.
Jumlah itu melonjak lebih dari 40% untuk Latinas dan hanya di bawah 40% untuk wanita Afrika-Amerika.
BACA JUGA: Ini Risiko Penyakit Pada Bayi yang Lahir dari Ibu Golongan Darah O
Source | : | huffingtonpost.com |
Penulis | : | Fadhila Auliya Widiaputri |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR