Nakita.id - Meletusnya Gunung Semeru yang mendadak membuat warga sekitar dilanda kepanikan dan rasa takut.
Seperti sudah ramai diberitakan, Gunung Semeru meletus pada Sabtu (4/12/2021) kemarin.
Bencana alam ini tidak hanya memakan kerugian harta benda, tapi juga nyawa penduduk di sana.
Pihak Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengatakan kalau Posko Tanggap Darurat Bencana Awan Panas dan Guguran Gunung Semeru mencatat bertambahnya korban jiwa.
Pada Senin (6/12/2021) pukul 11.10 WIB hari ini, korban meninggal dunia bertambah menjadi 15 orang dan 27 orang masih dinyatakan hilang.
Pengecekan dan validasi data terus dilakukan untuk memastikan korban letusan Gunung Semeru.
Sampai di hari ketiga, Posko tetap melakukan pencarian dan pertolongan kemungkinan adanya warga yag menjadi korban awan panas letusan Gunung Semeru, Lumajang, Jawa Timur.
Melansir dari Kompas.com, saat ini korban jiwa yang berhasil didata oleh Posko yakni 5.205 warga terdampak, 27 orang hilang, dan 15 orang meninggal dunia.
Sementara itu, kesaksian korban selamat mengatakan kalau meletusnya Gunung Semeru terasa seperti akhir dunia.
Adalah Sinten (60 tahun) dan cucunya Dewi Novitasari (17 tahun) yang berhasil menyelamatkan diri dari awan panas guguran Gunung Semeru.
Mereka merasa kalau kejadian bencana alam tersebut seperti kiamat yang mencekam.
Dua korban selamat ini merupakan warga Dusun Curah Kobokan, Desa Sapitarung, Pronojiwo, Lumajang.
Mereka berlari sejauh 13 kilometer untuk menyelamatkan diri sebelum awan panas guguran menyapu rumah mereka sampai hancur.
Sinten menceritakan kalau awalnya sudah terjadi hujan abu disertai batu.
Batu-batu tersebut menghujani rumah warga dan menghantam genting.
Setelah itu, terdengar suara gemuruh dari arah gunung.
Sinten terperanjat panik dan menggedor kamar cucunya Dewi.
Keduanya kemudian menyelamatkan diri.
"Gunung Semeru meletus dengan cepat. Sebelumnya, tidak ada tanda-tanda erupsi. Saat erupsi seperti kiamat," kata Sinten di RSUD dr Haryato, Lumajang.
Selama Sinten dan cucunya melarikan diri, dia melihat ke arah Gunung Semeru.
Baca Juga: Ganasnya Bukan Main, Begini Kondisi Dua Ibu Hamil Tua yang Menjadi Korban Lahar Panas Gunung Semeru
Saat itu, Semeru sudah terlihat memuntahkan asap tebal abu-abu ke udara.
Suhu udara langsung berubah panas dan menyengat kulit.
Tidak lama setelah itu, langit berubah gelap dan petir juga menyambar-nyambar.
"Saya tak sempat menyelamatkan harta benda. Saya tak memikirkan itu, yang terpenting selamat dari terjangan awan panas. Lima motor hangus dan rumah saya roboh," jelasnya.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Diah Puspita Ningrum |
Editor | : | Diah Puspita Ningrum |
KOMENTAR