Nakita.id - Nyeri perut kadang dialami oleh Moms yang sedang hamil sepanjang kehamilan.
Mulai trimester 1 hingga 3, nyeri pada perut ini kadang menghinggapi.
Bahkan pada beberapa kasus nyeri perut dapat menyebabkan gejala syok.
Tentu nyeri perut memiliki level yang berbeda-beda.
Untuk itu, Moms yang sedang hamil disarankan untuk mengenali bagaimana nyeri (terutama di bagian perut) yang dirasakannya itu, dan tindakan apa yang mesti dilakukan untuk mengatasinya.
Baca Juga: Penyebab Nyeri Perut yang Tidak Normal Selama Hamil, Harus Diwaspadai Moms!
Berikut nyeri perut yang kerap dialami ibu hamil beserta cara menghilangkan nyeri perut tersebut:
Trimester Pertama
Nyeri pada bulan-bulan awal kehamilan umumnya tidak membahayakan.
Biasanya ditandai perasaan berat pada perut dan sedikit sakit seperti saat menjelang haid.
Penyebabnya tak lain meningkatnya hormon progesteron dan relaksin yang membuat sambungan-sambungan tulang di sekeliling rahim merenggang.
Meski tergolong normal, segera konsultasikan pada dokter bila nyeri terus berlanjut setelah kehamilan berusia 10-12 minggu.
Adanya gas dalam perut juga merupakan penyebab nyeri perut yang masih tergolong normal.
Perut kembung yang kerap terjadi pada kehamilan trimester pertama (terkadang juga terjadi di trimester dua dan tiga) ini disebabkan oleh pengaruh hormonal.
Meningkatnya kadar hormon progesteron dan estrogen selama kehamilan membuat pergerakan usus melambat sehingga masa transit makanan serta gas dalam lambung dan usus menjadi lebih lama.
Itulah yang menyebabkan kembung dan rasa penuh di perut.
Baca Juga: Bumil Wajib Tahu! 6 Jenis Nyeri Perut Ini Bisa Dialami Selama Kehamilan
Untuk mengurangi rasa yang tidak mengenakkan ini, ibu hamil disarankan makan lebih sering namun dengan porsi yang sedikit-sedikit.
Konstipasi juga merupakan salah satu biang keladi nyeri yang paling sering ditemui.
Lagi-lagi pengaruh hormon selama kehamilan (yang memperlambat gerakan usus serta penekanan rahim terhadap usus besar/rektum) adalah penyebabnya.
Nyeri yang patut diwaspadai pada trimester satu adalah saat terjadi kram pada salah satu sisi perut bagian bawah.
Apalagi bila disertai perdarahan atau terdapat flek berwarna kecokelatan.
Nyeri yang umumnya berlangsung lama ini bisa menjadi pertanda kehamilan ektopik.
Kehamilan di luar rahim ini disebabkan oleh sel telur yang sudah dibuahi menempel di luar rahim, biasanya di dalam saluran telur (tuba fallopii).
Baca Juga: Cara Mudah dan Cepat Hilangkan Nyeri Perut Saat Hamil Tiap Trimester
Nyeri hebat muncul akibat perdarahan di dalam rongga perut lantaran “pecahnya” kehamilan ektopik.
Nyeri disertai dengan perdarahan juga bisa terjadi pada saat keguguran.
Sifat nyeri ini bisa ritmis (teratur) dan spastis (disertai rasa kejang) dengan intensitas yang makin meninggi.
Sebaiknya ibu hamil dengan gejala di atas segera dilarikan ke rumah sakit untuk mendapat penanganan medis yang tepat.
Trimester Dua
Nyeri di trimester dua yang kerap dirasakan adalah nyeri di bagian kiri/kanan perut bagian bawah atau berpindah-pindah dari kiri ke kanan maupun sebaliknya.
Kehamilan yang semakin membesar membuat ligamentum (struktur seperti tali yang mempertahankan posisi rahim pada dinding perut) melar dan tertarik sehingga terasa nyeri.
Namun, penyebab nyeri ini tergolong tidak membahayakan.
Baca Juga: Ingin Kurangi Nyeri Perut Saat Melahirkan? Konsumsi Makanan Ini Moms!
Untuk menguranginya, beristirahatlah dengan posisi duduk atau berbaring. Gunakan bantal yang agak tinggi.
Mengubah posisi secara tiba-tiba, dari duduk atau tidur ke posisi berdiri, terkadang juga memunculkan rasa nyeri, tetapi tidak membahayakan.
Untuk itu perlahan-lahanah saat akan mengubah posisi, cobalah bertumpu pada benda yang kokoh agar sebagian beban di pangkal paha berpindah ke tangan dan mengurangi tekanan di sekitar perut.
Atau bila ingin menggeser tubuh selagi duduk, pindahkan satu kaki terlebih dahulu, kemudian baru mengangkat bokong dibarengi kaki yang satunya untuk mengurangi ketegangan di wilayah perut.
Trimester Tiga
Memasuki trimester ketiga, nyeri masih kerap dirasakan di bagian bawah perut.
Nyeri yang tergolong tidak berbahaya ini disebabkan rahim yang membesar sehingga mengakibatkan adanya tekanan pada kandung kemih yang berlokasi di bagian bawah perut.
Waspadai bila nyeri ini sampai menyebabkan infeksi saluran kemih.
Tekanan pada kandung kemih dapat membuat urine berada lebih lama di sana sehingga mengakibatkan timbulnya infeksi saluran kemih.
Baca Juga: Waspadai Nyeri Perut Dan Ruam Pada Anak
Keluhan yang timbul bisa berupa anyang-anyangan, berkemih tidak tuntas (sedikit-sedikit), mengalami nyeri di perut bagian bawah yang menyebar hingga ke punggung, bahkan terkadang timbul kontraksi.
Menghindari kebiasaan menahan buang air kecil dan selalu minum air putih sekurang-kurangnya 10 gelas per hari amat disarankan untuk mencegah kejadian ini.
Nyeri perut pada bagian bawah juga bisa dirasakan saat janin bergerak.
Dengan semakin besar janin maka gerakan kepala, badan dan tendangan kakinya akan semakin kuat.
Gerakan janin yang kuat bisa menyebabkan kontraksi ringan (kontraksi palsu yang tidak menyebabkan persalinan, sering disebut kontraksi Braxton-Hicks).
Janin yang membesar di trimester ini juga dapat mengakibatkan tekanan pada sistem pencernaan sehingga mengakibatkan pergerakan usus melambat.
Baca Juga: Sering Merasa Nyeri Perut Saat Kehamilan? Ini Sebabnya
Bisa juga terjadi tekanan pada lambung yang membuat asam lambung jadi berada lebih lama di lambung, dan mengakibatkan timbulnya “heart burn” (rasa terbakar/ nyeri di sekitar lambung, dada, hingga tenggorokan).
Untuk mengurangi rasa nyeri itu, dokter biasanya akan meresepkan obat mag yang aman bagi kehamilan.
Yang patut diwaspadai adalah kala memasuki bulan-bulan akhir kehamilan, lantas ada nyeri parah di perut bagian bawah yang tak hilang meskipun sudah beristirahat.
Kemungkinan itu pertanda placental abruption, yakni lepasnya plasenta dari dinding rahim.
Ibu juga mungkin mengalami perdarahan yang membutuhkan bantuan dokter atau bidan secepatnya.
Jadi sederhananya, untuk membedakan nyeri perut yang wajar dengan nyeri yang membahayakan adalah bila setelah ibu beristirahat, nyeri perut itu tidak hilang.
Berarti ada kemungkinan ibu mengalami komplikasi kehamilan yang butuh penanganan lebih lanjut.
Baca Juga: Nyeri Perut Sebelum Mens? Jangan Abaikan Nyeri Ovulasi Ini Ya, Bu!
Source | : | Tabloid Nakita |
Penulis | : | Saeful Imam |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR