Nakita.id - Di zaman sekarang peran wanita bukan hanya soal mengurus rumah tangga, dan anak saja.
Saat ini banyak wanita yang justru bekerja untuk membantu perekonomian keluarga.
Bahkan banyak sekali wanita yang mampu sukses, dan memiliki pendapatan yang cukup besar setiap bulannya.
Karena banyak wanita yang kariernya menjulang tinggi, maka tidak menutup kemungkinan juga pendapatannya akan lebih besar dibandingkan suaminya.
Akhirnya para wanita bisa lebih kuat dan mandiri dari segi ekonomi karena pendapatannya yang besar.
Namun, hal tersebut justru bisa jadi pemicu konflik di dalam rumah tangga.
Banyak suami yang justru merasa minder ketika pendapatan sang istri jsutru lebih besar darinya.
Namun menurut Roslina Verauli, M.Psi., Psi., Psikolog Klinis Anak, Remaja, dan Keluarga, mengatakan bahwa perbedaan pendapatan bukan menjadi sumber konflik di dalam rumah tangga.
Akan tetapi yang menjadi sumber konflik di dalam rumah tangga adalah soal perubahan penghayatan antara suami istri terkait pendapatannya tersebut.
Pasalnya ketika pendapatan istri besar maka tanggung jawab pekerjaannya pun akan meningkat.
Karena hal tersebut lah yang membuat para istri sering kali kesulitan menjalani peran di dalam rumah tangganya dengan baik.
"Akan menjadi sumber konflik ketika punya pendapatan dalam jumlah yang lebih besar artinya kewajiban istri terhadap pekerjaannya pun ikut berubah jadi lebih tinggi seiring pendapatnnya yang lebih besar.
Dampaknya apa? Memengaruhi bagaimana istri menjalani perannya di dalam rumah tangga, yang tadinya bisa hadir dalam mengurus rumah tangga, dan masak, tiba-tiba tidak sempat karena sibuk bekerja, yang tadinya sempat mengasuh anak tiba-tiba jadi tidak sempat," kata Vera dalam peliputan khusus bersama Nakita.id, Selasa (05/10/2021).
Ketika istri tidak bisa menjalani perannya dengan baik, ada baiknya para suami berusaha menyesuaikan diri dan berkomunikasi.
Mungkin saat pendapatan suami lebih besar, istri akan lebih banyak turun tangan mengurus rumah tangganya.
Namun ketika posisinya sudah mulai seimbang, maka ada baiknya Moms dan Dads saling berkomunikasi untuk membicarakan pembagian peran yang harus dijalani.
"Begitu posisinya mulai seimbang kira-kira bisa tidak suami ikut terlibat dalam porsi yang lebih banyak mengurus rumah tangga, mengasuh anak. Sumber masalah suami istri bukan dari besarnya jumlah pendapatan mereka melainkan seberapa mampu suami, dan istri saling menyesuaikan diri ketika pendapatan mereka akhirnya berbeda, tuntutan peran mereka juga berubah," jelas Vera.
Senada dengan Vera, Nerissa Wijaya, S.Psi., M.Psi., Psikolog Klinis Anak dan Keluarga di Karunya Family Care Center Surabaya, Jawa Timur, juga menyarankan agar Dads tidak lagi minder ketika pendapatan istri lebih besar dibandingkan suami maka harus komunikasi dan kompromi.
"Jadi perlu disadari juga, ini merupakan suatu pilihan, tentang kompromi terkait bagaimana kita mengambil keputusan bersama. Perlu diingat konflik itu tidak bisa dihindari, dan itu merupakan suatu bagian dari bertumbuhnya suatu keluarga.
Tapi bagaimana kita menyampaikan sesuatu, bagaimana kita menyampaikan sesuatu, itu sama pentingnya dengan apa yang sudah kita sepakati," kata Nerissa dalam wawancara mendalam bersama Nakita.id, Rabu (06/10/2021).
Dengan kompromi, Moms dan Dads bisa menentukan masing-masing peran di dalam rumah tangganya harus seperti apa.
"Berproses bersama sebagai pasangan, tentukan masing-masing perannya mau seperti apa, apa yang perlu dikompromikan, apa yang perlu diputuskan bersama, apa yang penting sih buat kita. Pembahasan itu harus dilakukan secara berkala," tutup Nerissa.
Penulis | : | Shinta Dwi Ayu |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR