Pada anak, JE menyebabkan demam tinggi secara mendadak, sakit kepala, dan muntah-muntah.
Apabila sudah parah, anak juga akan mengalami kejang-kejang, lumpuh hingga koma.
Penyakit ini juga bisa menyebabkan kerusakan otak.
Sementara itu, pada pasien yang sudah dewasa, gejala umumnya berupa demam tinggi, sakit kepala dan peningkatan tekanan dalam rongga kepala atau intrakranial.
Angka kematian akibat JE berkisar antara 5-30 persen.
Angka ini lebih tinggi pada kelompok usia anak, terutama yang masih di bawah 10 tahun.
Namun, pasien yang bisa bertahan hidup pun akan mengalami gejala sisa atau sekuele.
Gejala-gejala ini mencakup gangguan sistem motorik, seperti kelumpuhan hingga gerakan abnormal; gangguan perilaku, seperti agresif dan emosi tak terkontrol; gangguan perhatian dan depresi; dan gangguan intelektual atau gangguan fungsi neurologi lain, seperti epilepsi, hilang ingatan dan kebutaan.
BACA JUGA:Disebut Wanita Tercantik, Aishwara Rai Pernah Tampil Gemuk dan Tanpa Make Up
Sayangnya, sampai saat ini belum ditemukan obat untuk menyebuhkan penyakit ini, yang ada hanyalah obat untuk mengurangi gejala.
Oleh karena itu, pemberian imunisasi pada manusia sangat penting dilakukan untuk mencegah terjadinya kasus JE.
Selain itu, menjaga lingkungan agar tetap bersih dan memberikan vaksinasi terhadap hewan ternak yang menjadi inang virus JE, seperti babi, kuda dan unggas, juga diperlukan.
Vaksinasi hewan ternak ini harus dilakukan secara ketat dan teratur.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Japanese Encephalitis, Penyakit Radang Otak yang Ditularkan Nyamuk"
Source | : | kompas.com |
Penulis | : | Kirana Riyantika |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR