Nakita.id – Setiap orangtua tentu menginginkan yang terbaik untuk anaknya.
Karenanyalah orangtua ingin sekali anak-anaknya bisa terhindar dari berbagai penyakit, tak terkecuali penyakit infeksi menular.
Saat ini setidaknya Indonesia memiliki lima jenis imunisasi yang wajib diberikan kepada anak sejak Si Kecil lahir.
BACA JUGA :Lama Tak Muncul di TV, Sederet Artis Cilik Tahun 90-an Ini Jadi Dokter
Adapun beberapa vaksin tersebut yaitu; Hepatitis B, Polio, BCG, Campak, dan Pentabio (DPT, HB, Hib).
Tak hanya itu saja, ke depannya Indonesia dikabarkan akan memberikan secara cuma-cuma alias gratis beberapa vaksin baru seperti Measles Rubella (MR), HPV, Japanese Encaphalitis (JE), dan vaksin untuk radang paru akut.
Banyaknya jumlah vaksin tersebut menimbulkan sebuah pertanyaan di benak beberapa orangtua; "Apakah hal tersebut aman untuk tubuh anak?"
BACA JUGA: Duh! Puluhan Bayi Kembar Dipisahkan Sejak Lahir Demi Sebuah Eksperimen
Tenang Moms, pemberian sejumlah vaksin tersebut aman untuk tubuh anak.
Seperti yang disampaikan dr. Arifianto, Dokter Spesialis Anak sekaligus penulis buku ‘Pro Kontra Imunisasi’ saat ditemui di RSUD Pasar Rebo, Jakarta, ditulis Kamis, 1 Maret 2018.
“Tubuh manusia itu dapat menanggung sekian ratus ribu vaksin. Meskipun tentu tidak ada ya pemberian sekian ratus ribu vaksin dalam suatu waktu,” tegas anggota dari Satuan Petugas Kejadian Luar Biasa Ikatan Dokter Anak Indonesia (Satgas KLB IDAI) ini.
Hal ini dikarenakan dalam sehari manusia dapat menanggung ratusan ribu virus dan bakteri dalam suatu waktu.
Oleh karena itu Arifianto meyakinkan pemberian sejumlah vaksin pun dapat dipastikan aman untuk tubuh anak.
Mengingat kandungan vaksin yang juga terbuat dari virus dan bakteri.
Namun Arifianto tak menampik bahwa ada beberapa vaksin yang tidak bisa diberikan dalam waktu bersamaan.
BACA JUGA: Kebersihan Gigi Ibu Hamil Dapat Pengaruhi Risiko Keguguran Pada Janin
“Pemberian vaksin secara simultan atau dalam satu waktu diberikan vaksin lebih dari satu kali, itu tidak masalah. Tapi memang ada vaksin yang harus diberikan dengan jeda,” kata Arifianto.
Perlu diketahui, vaksin terdapat beberapa kategori, vaksin hidup dan vaksin mati.
Vaksin hidup yakni yang dibuat dengan cara melemahkan virus atau bakteri hidup di laboratorium. Virus dan bakteri tersebut akan tumbuh di dalam tubuh manusia untuk merangsang respon imun.
Adapun vaksin mati yaitu kebalikan dari vaksin hidup.
Virus dan bakteri telah dimatikan di laboratorium menggunakan bahan kimia tertentu.
“Vaksin MR (Measles Rubella) itu vaksin hidup, jadi harus dijeda 4 minggu. Kalau vaksin mati seperti difteri tidak harus seperti itu,” jelas Arifianto.
BACA JUGA: Tips Hadapi Perubahan Tubuh Saat Hamil, Bumil Wajib Baca!
Selain jenis yang hidup dan mati, menurut Arifianto vaksin dapat dibedakan dari kecepatan efektivitasnya.
“Ada (vaksin) yang sekali diberikan dan anak kebal seumur hidup. Ada pula vaksin yang harus diberikan berkali-kali untuk membuat tubuh anak kebal,” ujarnya.
Arifianto memberikan contoh vaksin difteri.
Vaksin Difteri harus diberikan secara bertahap.
Vaksin difteri hanya mampu menimbulkan kekebalan tubuh dalam jangka waktu pendek.
“Untuk vaksin yang harus dilakukan secara berulang seperti itu, sebaiknya orangtua mengikuti jadwal vaksin yang telah ditentukan. Jangan sampai terlewat,” himbaunya.
Namun jika terlewat karena beberapa hal, Arifianto menegaskan agar orangtua segera melengkapi kebutuhan vaksin anak.
“Jika tidak sesuai dengan jadwal, misalnya karena telat, tidak harus diulang dari awal. Tetapi mengejar ketinggalannya saja,” jelas Arifianto.
BACA JUGA: Gadget Bisa Tingkatkan Kemampuan Anak, Asal Moms Perlu Tahu Ini
Penulis | : | Fadhila Auliya Widiaputri |
Editor | : | Kusmiyati |
KOMENTAR