Studi ini melibatkan 2.200 orang dewasa dengan rata-rata usia 48 tahun yang berpartisipasi pada Framingham Heart Study.
Masing-masing dari mereka harus mengikuti tes memori dan kemampuan berpikir di awal penelitian, lalu dilanjutkan kembali 8 tahun kemudian.
Mereka juga memberikan sampel darah, yang digunakan peneliti untuk mengetahui kadar kortisol, serta pindai MRI untuk mengukur volume otak.
Setelah menganalisis hasilnnya dan mengumpulkan informasi demografi dan kesehatan, para peneliti menemukan hubungan antara peningkatan kadar kortisol dengan penyusutan volume otak, juga rendahnya skor pada tes memori dan kognisi.
Meski begitu, tidak ada partisipan dalam studi ini yang menunjukkan gejala demensia.
Penelitian ini masih memiliki keterbatasan, salah satunya, ia bersifat observasional.
Artinya, hanya melihat hubungannya saja tanpa bisa membuktikan sebab-akibat. Para peneliti juga hanya mengukur kadar kortisol selama periode studi.
BERITA POPULER: Kondisi Lolly Anak Nikita Mirzani Membaik hingga Vadel Badjideh Sakit Pas Mau Diperiksa Polisi
Source | : | nationalgeographic.grid.id |
Penulis | : | Riska Yulyana Damayanti |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR