Nakita.id - Salah satu masalah kesehatan yang sering dialami pada bayi adalah selesma.
Selesma umumnya disebabkan oleh virus sehingga umumnya sembuh sendiri tanpa obat-obatan.
Meskipun begitu, selesma juga bisa disebabkan oleh bakteri tetapi lebih jarang dan pada kondisi-kondisi khusus saja.
Baca Juga: Infeksi Saluran Pernapasan Akut pada Bayi: Gejala, Penyebab, dan Cara Penanganannya
Bayi yang terkena selesma biasa memberikan gejala seperti demam, pilek, bersin-bersin, hidung berair, dan batuk mulai kering hingga berdahak.
Selesma pada bayi biasa terjadi selama 5 sampai 7 hari dan paling lama 10 hari.
Sementara, obat-obatan yang biasa diberikan pada kondisi ini tidak memerlukan antibiotik karena penyebabnya bukan infeksi bakteri.
Tetapi, obat-obatan berfungsi memberikan kelegaan atau mengurangi gejala yang muncul.
"Misalnya anak demam, tentu kita memberikan obat penurun panas. Kemudian anak biasanya ada batuk yang lendirnya kental, kita berikan minum air hangat," jelas dr. Wahyuni Indawati, Sp.A (K), Dokter Spesialis Anak Konsultan Respirologi yang berpraktik di RS Pondok Indah - Pondok Indah ketika diwawancarai Nakita.id pada Kamis (21/1/2021).
Dokter Wahyuni mengatakan kalau memang sangat diperlukan Moms boleh memberikan pengencer dahak pada bayi.
Jika hidung bayi tersumbat, Moms juga bisa memberikan cuci hidung, ini bentuk obat yang seperti air garam yang fungsinya mengencerkan lendir yang cukup kental, jelas dokter Wahyuni.
Sementara, dokter Wahyuni juga mengatakan Moms bisa menggunakan obat-obatan rumahan yaitu madu.
"Madu bisa diberikan tetapi syaratnya anak di atas satu tahun, kemudian air putih hangat," imbuh dokter Wahyuni.
Selesma lebih 10 hari, berbahaya?
Disebutkan di atas selesma paling lama terjadi selama 10 hari lantas apa yang terjadi jika lebih dari itu?
Baca Juga: Bayi 4 Bulan Asal Sumsel Meregang Nyawa Karena ISPA, Diduga Akibat Terpapar Kabut Asap
Dokter Wahyuni mengatakan kalau selesma terjadi lebih dari 10 hari kita harus melihat hal-hal lain.
Hal-hal lain ini pertama, kemungkinan tidak hanya infeksi virus saja tetapi sudah ditumpangi dengan infeksi bakteri.
"Satu, biasanya tidak hanya infeksi virus saja tetapi sudah ditumpangi dengan infeksi bakteri.
Sehingga kalau dia berkepanjangan lebih dari 10 hari maka kita bisa mempertimbangkan pemberian antibiotik pada kasus-kasus yang seperti itu," ucap dokter Wahyuni.
Selain hal di atas, dokter Wahyuni mengajak Moms dan Dads melihat kenapa infeksi saluran napas anak ini berkepanjangan.
"Kadang-kadang pada anak yang memiliki bakat alergi itu saluran napasnya lebih sensitif dibanding anak yang lain.
Sehingga pada saat dia mengalami infeksi saluran akut atau selesma tadi, maka infeksi tadi menjadi pemicu timbulnya reaksi alergi.
Sehingga awalnya selesmanya hanya lima hari saja tetapi gejala yang muncul selanjutnya adalah hipersensitifitas saluran napas karena anak itu memiliki bakat alergi," jelas dokter Wahyuni.
Maka dari itu, dokter Wahyuni mengajak Moms dan Dads harus mengetahui sejak awal kalau anak punya bakat alergi.
"Kemudian yang lain adalah apakah anak itu mempunyai gangguan pada sistem kekebalan tubuhnya.
Nah, anak-anak yang mempunyai gangguan pada sistem kekebalan tubuh kalau dia terkena infeksi maka menjadi lebih lama dibanding dengan anak yang normal," tutupnya.
Penulis | : | Cecilia Ardisty |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR