Nakita.id - Sejak mewabahnya pandemi Covid-19 di dunia, masyarakat selalu khawatir dengan kondisi dunia.
Berbagai batasan dan aturan pun dilakukan pemerintah, tujuannya untuk memutus mata rantai penularan virus corona tersebut.
Ada yang berhasil, ada yang masih dalam proses, bahkan ada pula yang gagal.
Hingga kini, angka kematian pasien Covid-19 terus meningkat.
Meski beberapa negara menyatakan sudah mulai aman dari Covid-19 dan siap menjalankan kehidupan seperti sedia kala.
Kontras dengan hal tersebut, Direktur Eksekutif Program Keadaan Darurat Kesehatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Mike Ryan, MB, MPH. menyampaikan, virus corona berpotensi menjadi endemik baru yang hidup di tengah masyarakat.
"Virus corona mungkin tidak akan pernah hilang. (Seperti) HIV yang tak kunjung hilang," terang dia, seperti dilansir Forbes (17/5/2020).
Simpulan ini disampaikan berdasarkan amatannya, ahli sulit memastikan kapan atau mungkinkan penyakit akibat infeksi virus corona bisa benar-benar berakhir.
Infeksi bisa berkembang menjadi endemik atau penyakit yang muncul di suatu wilayah ketika ada temuan kasus secara terus-menerus tanpa perlu banyak kasus impor dari wilayah lain.
Penyakit menular seperti Covid-19 baru bisa berhenti menular di suatu wilayah apabila sebagian besar orang telah kebal virus.
Baca Juga: Makin Meluas Tapi Sulit Dideteksi, Pakar Ungkap Gejala Baru Tertular Covid-19, Ini Salah Satunya
Atau, masyarakat konsisten untuk jaga jarak aman dengan sekitarnya dalam rentang waktu yang sangat lama.
Namun, sekalipun sudah banyak orang yang kebal Covid-19, virus corona tidak serta-merta hilang.
Transmisi atau penularan penyakit secara bertahap baru bisa berkurang seiring berjalannya waktu.
Selain itu, keberadaan vaksin anti-Covid-19 yang kini tengah diupayakan ahli di segala penjuru dunia juga dianggap tidak bisa melindungi orang selamanya.
Begitu vaksin pencegahan virus corona sudah tersedia, orang bisa jadi membutuhkan vaksinasi berulang untuk melindungi diri dari Covid-19 karena virus juga bermutasi.
Untuk itu, setiap orang diminta bersiap dengan kondisi virus corona tidak akan pernah hilang.
Beberapa upayanya dengan sebisa mungkin beraktivitas di rumah.
Apabila terpaksa keluar rumah, setiap orang wajib menjaga jarak dengan sekitar minimal dua meter, wajib pakai masker, dan senantiasa menjaga kebersihan tangan.
Baca Juga: Jangan Nekat! Main Handphone di KRL Berisiko Tinggi Tertular Covid-19, Ini Alasannya
Dunia tanpa salaman
Pemerhati Covid-19 yang juga Direktur National Institute of Allergy and Infectious Disease AS, Dr. Anthony Fauci, menyebut virus corona menjadi akhir dari tradisi salaman.
Menurut Fauci, ketika suatu daerah mulai melonggarkan pembatasan sosial untuk mencegah penularan virus corona, beberapa perilaku wajib ikut berubah.
"Saya rasa kita tidak seharusnya salaman lagi. Tak hanya untuk virus corona, tapi juga mencegah penularan penyakit lain," kata dia, seperti dilansir Time (9/4/2020).
Fauci berpendapat, masyarakat perlu bersiap menghadapi gaya new normal, salah satunya hidup tanpa salaman.
"Gaya normal yang baru adalah rajin cuci tangan dan tidak menjabat tangan siapa pun," ujar dia.
Kendati ada imbauan untuk meniadakan salaman untuk mencegah penularan virus corona, praktiknya dunia tanpa jabat tangan bukanlah perkara mudah.
Pasalnya, salaman atau jabat tangan sudah menjadi kebiasaan yang berlangsung cukup lama.
"Kebiasaan salaman ini sulit dihindari," kata Elke Weber, profesor psikologi dari Princeton University AS, seperti dilansir BBC (6/5/2020).
Kendati sulit, menurut Prof Weber, usaha setiap orang untuk menghentikan tradisi salaman demi mencegah penularan virus corona tidak berlebihan.
"Bertahan hidup atau berusaha untuk tetap hidup adalah fitrah manusia," kata dia.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Virus Corona Tidak Akan Hilang, "New Normal" Tanpa Salaman
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR