Nakita.id - Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) memutuskan tahun ajaran baru 2020/2021 akan dimulai pada 13 Juli 2020.
Dimulainya tahun ajaran baru pada 13 Juli 2020 tersebut bukan berarti siswa kembai belajar di sekolah.
Keputusan belajar di sekolah akan terus dikaji berdasarkan rekomendasi Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19.
Meski belum ada keputusan, beberapa pihak khawatir terkait dengan kembalinya kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah di tengah pandemi.
Terlebih jumlah kasus virus corona di Indonesia juga belum menunjukkan tanda-tanda penurunan.
Hingga Jumat (29/5/2020), kasus Covid-19 di Indonesia tercatat mencapai lebih dari 24.538 kasus.
Lantas, apa saja faktor plus minus sekolah di tengah pandemi?
Konsultan Pendidikan dan Karier sekaligus CEO Jurusanku.com, Ina Liem menjelaskan pemberlakuan KBM di sekolah di tengah pandemi tidak bisa diberlakukan di seluruh Indonesia.
Menurutnya, masih ada sejumlah wilayah di Indonesia yang masih dalam kondisi zona merah dan zona hijau.
"Dalam membuat kebijakan pendidikan di Indonesia, sebetulnya tidak bisa seragam secara nasional, mengingat kondisi sarana prasarana tiap daerah berbeda-beda," ujar Ina kepada Kompas.com, Kamis (28/5/2020).
Ia menambahkan, sejauh ini belum ada keputusan resmi dari pemerintah terkait pembukaan sekolah di Juli nanti.
Sementara itu, masih ada sejumlah pelajar yang tinggal di daerah tertinggal, terpencil, dan terpelosok (3T) di mana koneksi internet bahkan saluran TVRI belum terjangkau.
Adapun kondisi ini dinilai tidak apa-apa jika proses belajar mengajar ditiadakan di sekolah, asalkan tetap mengikuti protokol kesehatan.
"Tidak ada salahnya sekolah dibuka bulan Juli, tetapi tetap dengan mengikuti protokol kesehatan," ujar Ina.
Di sisi lain, ada juga pelajar yang tinggal dengan fasilitas penunjang kegiatan belajar yang mumpuni, seperti koneksi internet yang lancar, namun terletak di zona merah.
Kondisi inilah yang memungkinkan sekolah tidak harus kembali dibuka pada Juli 2020.
"Apabila kondisinya seperti ini, bisa melanjutkan online learning, sambil perlahan-lahan ada jadwal masuk sekolah yang hanya untuk social interaction anak, agar mereka tidak stres, karena butuh social interaction tersebut," lanjut dia.
Menilik grafik kasus Covid-19 yang tak kunjung berada di kurva landai, Ina mengatakan, apabila berbicara kondisi ideal, pembukaan sekolah seharusnya menunggu kasus Covid-19 sudah hilang agar penyebaran virus tidak semakin meluas.
"Faktanya, kondisi ideal ini tidak selalu bisa dicapai dalam hidup kita, karena banyak faktor kalau menyangkut banyak orang, apalagi ratusan juta jumlahnya.
Kita sudah lihat sendiri banyak orang tidak memikirkan kepentingan publik sehingga tetap melanggar aturan-aturan PSBB," kata dia.
Berdasarkan analisisnya, Covid-19 tidak akan hilang dalam waktu dekat.
Hal ini dikarenakan, meski negara sudah nol kasus positif virus corona, namun manusia tetap pulang-pergi, sehingga penyebaran Covid-19 menjadi seperti bola pingpong.
Oleh karena itu, setidaknya Indonesia harus bersiap pada 2-3 tahun ke depan.
Namun, jika diasumsikan Covid-19 baru akan hilang 2-3 tahun lagi, tidak mungkin anak-anak akan tetap di rumah dalam jangka waktu selama itu.
"Jadi, mau tidak mau pasti anak harus kembali ke sekolah. Pilihannya Juli ini atau tahun ajaran baru digeser ke Januari 2021, masing-masing pilihan ada plus minusnya," terang Ina.
Ia menjelaskan, faktor plus yang mendukung terselenggaranya pembukaan kembali sekolah pada Juli 2020 adalah sekolah di daerah tertinggal yang menjadikan kegiatan belajar menjadi sulit, karena keterbatasan akses internet.
Sehingga ada juga guru yang rela berkeliling rumah muridnya di desa untuk memberi ilmu kepada mereka.
"Untuk sekolah-sekolah yang punya fasilitas, tapi belum siap sepenuhnya home learning, plusnya, anak-anak jadi tidak terlalu stres dengan beban tugas yang banyak dari guru, ketidakjelasan materi yang disampaikan secara online, dan ada social interaction yang memang dibutuhkan oleh anak-anak," katanya lagi.
Baca Juga: Padahal Sudah Packing dan Siap ke Negara Ini, Ivan Gunawan Terpaksa Batalkan Pergi
Di sisi lain, wacana pembukaan sekolah di Juli, semisal benar dilakukan memunculkan faktor risiko penyebaran Covid-19 yang tidak kunjung selesai.
"Saya ikut berempati terhadap pembuat kebijakan negeri ini, karena dihadapkan pada keputusan sulit saat ini. Yang bisa kita lakukan hanya meminimalkan risiko tersebut," ujar Ina.
"Kita harus terima kenyataan pahit, menunggu kondisi ideal sepertinya kecil sekali kemungkinannya. Kalaupun menunggu hingga Januari 2021, saya yakin kekhawatiran orangtua tidak akan hilang juga," lanjut dia.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Ine Yulita Sari |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR