Nakita.id.- Umumnya lelaki lebih berisiko terkena kanker usus besar dibandingkan perempuan, demikian menurut penelitian dari Australia.
Namun hal ini tidak berlaku bagi perempuan di atas usia 50 tahun.
“Penyebabnya adalah pada masa menopause, kadar estrogen tak lagi cukup untuk bisa melindungi perempuan dari kanker usus besar,” kata Jenn H. Koo dari Sydney South West Area Health Service.
Ia melakukan penelitian dari tahun 1997 sampai 2004 terhadap 2050 penderita kanker usus besar, yang 44% nya adalah perempuan.
Perlu ditekankan risiko kematian pada perempuan yang menderita kanker usus lebih besar 38% dibandingkan lelaki.
BACA JUGA: Tak Hanya Seimbangkan Hormon, 5 Makanan Ini Bantu Remajakan Kulit
Hasil penelitian ini sekaligus membuktikan bahwa estrogen dapat menghambat dan melawan kanker usus besar.
Pencegahan terhadap kanker ini bisa dilakukan dengan pemeriksaan sigmodoiscopy yaitu pemeriksaan deteksi kanker usus besar dan mencegah penyebarannya.
Untuk Moms ketahui, estrogen adalah hormon yang penting untuk perkembangan seksual dan reproduksi, terutama pada perempuan. Estrogen juga disebut sebagai hormon seks pada perempuan.
Istilah “estrogen” mengacu pada semua kelompok hormon kimiawi yang terdiri dari estrone, estradiol (primer pada perempuan usia reproduksi) dan estriol.
Pada perempuan, estrogen diproduksi terutama oleh ovarium, tetapi juga diproduksi oleh sel-sel lemak dan kelenjar adrenal.
Estrogen berperan dalam masa pubertas, memainkan peran dalam pengembangan ciri-ciri atau karakterisitik seks sekunder, seperti pertumbuhan payudara, rambut kemaluan dan ketiak.
Estrogen juga membantu mengatur siklus menstruasi, mengendalikan pertumbuhan lapisan rahim selama awal siklus menstruasi.
Jika sel telur perempuan tidak dibuahi, kadar estrogen akan menurun tajam dan terjadilah menstruasi.
BACA JUGA: Boyong Mama Amy ke San Francisco, Intip Potret Bulan Madu Syahnaz-Jeje
Namun, apabila sel telur dibuahi, estrogen akan bekerja dengan progesteron, untuk menghentikan ovulasi selama kehamilan yang artinya tidak terjadi menstruasi.
Fungsi estrogen yang tak kalah pentingnya yaitu mengontrol laktasi dan perubahan lain pada payudara, termasuk di masa remaja dan selama kehamilan.
Selama kehamilan, plasenta memproduksi estrogen, khususnya hormon estriol.
Estrogen berperan dalam pembentukan tulang, bekerja dengan vitamin D, kalsium dan hormon lainnya untuk secara efektif memecah dan membangun kembali tulang sesuai dengan proses alami tubuh.
Ketika kadar estrogen mulai menurun di usia pertengahan, proses membangun kembali tulang menjadi melambat.
Maka itu, perempuan yang masuk masa menopause,massa tulangnya lebih cepat keropos bahkan empat kali lebih mungkin mengalami osteoporosis daripada lelaki.
Estrogen juga berperan dalam pembekuan darah, menjaga kekuatan dan ketebalan dinding vagina dan lapisan uretra, pelumasan vagina dan sejumlah fungsi tubuh lainnya.
BACA JUGA: Hati-Hati Moms, Semprotan Pembersih Kaca ini Berbahaya Bagi Ibu Hamil
Fungsi estrogen lainnya yaitu memengaruhi kulit, rambut, selaput lendir dan otot-otot panggul, menurut Johns Hopkins Medicine.
Hormon ini juga memengaruhi otak, dan penelitian juga menunjukkan bahwa kadar estrogen yang rendah dan berlangsung lama terkait dengan suasana hati kurang baik.
Lelaki menghasilkan estrogen juga, tetapi pada tingkat yang lebih rendah daripada perempuan. Pada lelaki, estrogen diduga memengaruhi jumlah sperma.
Kelebihan hormon estrogen di tubuh dapat menyebabkan segudang gejala dan efek yang tidak menyenangkan.
Sayangnya, masih banyak yang belum mengetahui, padahal ini sering terjadi terutama selama transisi menopause.
Gejala yang paling dialami ketika kelebihan hormon estrogen contohnya kaki kram, payudara nyeri, peningkatan berat badan, fibroid rahim, mual dan muntah.
Moms juga bisa mengalami penurunan gairah seksual dan menstruasi yang tidak teratur.
BACA JUGA: 4 Cara Agar Anak Rutin Minum Air Putih Sebelum Merasa Haus
Sedangkan tanda kekurangan hormon estrogen dapat bervariasi dan mungkin tergantung pada seberapa berat rendahnya kadar estrogen pada seorang perempuan.
Beberapa tanda dan gejala kekurangan hormon estrogen termasuk gangguan tidur yang dapat menyebabkan kelelahan ekstrem di siang hari, serta ketidakmampuan untuk fokus.
Gangguan tidur ini mungkin akibat dari kombinasi jantung berdebar-debar, hot flashes, berkeringat di malam hari, dan menggigil dingin.
Gejala lain akibat hormon estrogen yang rendah yaitu nyeri sendi , sakit kepala, kulit kering dan vagina mengering, tulang menjadi rapuh dan mudah patah.
Ada juga meningkatnya resiko infeki kandung kemih. Setiap kombinasi dari tanda-tanda dan gejala estrogen rendah ini dapat menyebabkan depresi berat.(*)
Source | : | Prevention.com |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR