Nakita.id - Virus corona masih menjadi momok menakutkan untuk seluruh negara di penjuru dunia.
Termasuk Indonesia, yang kini kasus positif Covid-19 mencapai ribuan dengan ratusan korban meninggal dunia.
Pemerintah pun masih pontang-panting berusaha untuk menekan angkat tersebut dengan menerapkan sejumlah kebijakan.
Diantaranya adalah melakukan psychical distancing, bekerja dari rumah, meliburkan sekolah, dan melarang adanya keramaian.
Namun, kabar kurang enak justru datang dari para ahli yang meneliti virus corona.
Melansir dari lama Wartakotalive, peneliti menemukan fakta bahwa virus corona bisa bertahan di tubuh manusia sampai 49 hari.
Padahal awalnya dikatakan kalau virus tersebut akan menghilang sendirinya selama 14 hari atau dua minggu.
Hal ini lantaran virus corona telah bermutasi lebih ganas dari Covid-19 yang ada sekarang.
Dailymail.co.uk menginformasikan, peneliti China mengklaim mereka telah menemukan sub-jenis mutasi baru dari coronavirus yang memiliki kemampuan jangka panjang untuk menginfeksi orang lain.
Hal ini diketahui melalui kasus seorang pria paruh baya positif Covid-19 masih bisa menularkan virus tersebut dalam kurun waktu 49 hari, kejadian yang sebelumnya belum pernah terjadi.
Namun, gejala pria itu ringan dan para peneliti mengatakan dia tampaknya telah membentuk 'keseimbangan dinamis' dengan virus tersebut.
Disebutkan kalau pasien virus corona tersebut mengunjungi sebuah rumah sakit di Wuhan untuk menjalani tes SARS-Cov-2 pada 8 Februari 2020.
Ia mengaku mengalami dan demam sekitar dua minggu, tapi tidak ada gejala lain seperti batuk dan sesak napas.
Hasil tes pun menyatakan sang pria masih positif mulai dari hari ke-17 sampai ke-49.
Ini menunjukkan bahwa pasien 'menumpahkan' virus selama 49 hari, sebuah istilah ilmiah yang menggambarkan bagaimana orang mengekskresikan penyakit dalam napas mereka atau melalui tetesan bersin dan batuk.
Virus corona baru hasil mutasi ini memiliki toksisitas yang lebih rendah, tidak menular, tetapi lebih sulit untuk dihilangkan. Tampaknya mempengaruhi baik yang muda maupun yang tua.
Para peneliti China telah membahas kemungkinan dua jenis utama SARS-CoV-2, yaitu subtipe L dan subtipe S.
Tipe L lebih lazim yang terdiri dari sekitar 70 persen pada semua pasien dan lebih cenderung menyebar daripada tipe S, peneliti China menemukan.
Seorang dokter bernama dr. Lin Tan bersama rekan penelitinya menyampaikan hal ini secara langsung.
“Kami tidak dapat memastikan bahwa virus yang terkait dengan Kasus 1 adalah tipe S, tipe L yang bermutasi, atau subtipe baru. Tapi, kami tidak dapat mengecualikan subtipe baru asli yang tidak diidentifikasi."
Mereka pun memperingatkan bahwa pasien 'kronis' lain yang mungkin tidak akan diobati karena gejala ringan mereka dapat terus menyebarkan infeksi dan menyebabkan wabah baru.
Source | : | dailymail.co.uk,Wartakotalive |
Penulis | : | Diah Puspita Ningrum |
Editor | : | Diah Puspita Ningrum |
KOMENTAR