Nakita.id - Belakangan publik sedang dihebohkan dengan pernyataan Galih ginanjar yang membuka aib sang istri, Fairuz A Rafiq.
Hal ini diketahui melalui video di Youtube Rey Utami & Benua ketika Galih Ginanjar diundang dan berbicara dengan Rey Utami.
Pertama, dia mengatakan bahwa Fairuz A Rafiq memiliki bau badan seperti bau ikan asin ketika di ranjang.
Baca Juga: Sophia Latjuba Dipuji Netizen 'Anak SMA Banget', Benarkah Mandi Kembang Rahasia Awet Mudanya?
Pernyataan itu pun langsung dibantah oleh Fairuz A Rafiq saat diundang di acara Hotman Paris Show.
Belum selesai masalah yang satu ini, Galih kembali membeberkan aib sang mantan istri yang menurutnya hedon (suka boros).
Terlepas fakta benar atau tidaknya pernyataan Galih Ginanjar tentang sang mantan istri, sebenarnya ada banyak kasus di mana mantan, entah mantan pacar atau istri/suami, membeberkan hal buruk soal mantan pasangan mereka.
Padahal hal tersebut bisa berpengaruh pada anak mereka.
Diketahui dari pernikahannya dengan Fairuz A Rafiq, Galih Ginanjar memiliki seorang anak bernama King Faaz Arafiq, yang kini tinggal bersama Fairuz.
Bagi sebagian besar orangtua, perpisahan atau perceraian adalah hal yang sulit.
Sebab momen ini penuh dengan tekanan, amarah, frustasi, dan kemungkinan beberapa dendam untuk mantan pasangan.
Hal ini dikarenakan setiap pasangan berpisah karena suatu alasan.
Misalnya mantan suami mungkin telah melakukan sesuatu yang buruk pada Moms dan benar-benar tak bisa dimaafkan.
Tetapi sebelum Moms mengungkapkan banyak komentar buruk tentang mantan, coba pikirkan bagaimana kondisi Si Kecil.
Ketika Moms berbicara negatif tentang mantan, yang merupakan orangtua dari anak juga, itu dapat menyebabkan Si Kecil mengalami masalah psikologis.
Seperti halnya ketika Galih berbicara tentang keburukan Fairuz dan tersebar luas melalui media sosial.
Dilansir dari Intisari yang mengutip soloparentmag.com, Dr. Adaobi Anjeji, PhD, dari The Blue Clinic di Los Angeles, mengatakan bahwa anak-anak menangani komentar negatif dengan berbagai cara.
Anak-anak dapat memihak atau menyatakan permusuhan terhadap salah satu dari orangtuanya.
Atau juga anak-anak mungkin juga menjadi marah dengan salah satu orangtuanya yang berbicara negatif.
Dalam skenario terburuk, anak-anak dapat menginternalisasi apa yang dikatakan karena mereka mencintai dan mengidentifikasi dengan orangtua mereka.
Efeknya bisa jangka panjang dan signifikan serta hal tersebut berkontribusi terhadap depresi, kecemasan, dan masalah perilaku Si Kecil.
Source | : | Intisari |
Penulis | : | Nita Febriani |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR