Nakita.id - Dunia otomotif kehilangan sosok pembalap M. Hasyim Zaki Adil atau kerap disapa M. Zaki, Jumat (15/02) kemarin.
M. Zaki yang merupakan mantan pembalap TJM Racing yang berlaga di Asia Road Racing Championship (ARRC) 2015 kelas Asia Production 250 cc (AP250).
Pria yang lahir di Bondowoso ini menghembuskan napas terakhir karena ditikam oleh orang tak dikenal.
Baca Juga : 6 Akibat Moms Terlalu Mengontrol Anak, Bisa Tak Kreatif Hingga Kesehatan Mental Terganggu!
Melansir dari Tribunnews, Zaki sedang menyetting motor dan hampir serempetan dengan orang.
Lalu, orang tersebut mengejar dan langsung menusukkan pisau ke arahnya.
Melansir dari Healthline, perilaku agresif dapat menyakiti seseorang secara fisik atau emosional.
Melihat tindakan penikam M. Zaki yang seperti itu kemungkinan ia memiliki perilaku agresif.
Baca Juga : 4 Tips Melatih Pikiran Positif Untuk Menjaga Kesehatan Mental!
Saat kita melakukan perilaku agresif, mungkin kita merasa mudah tersinggung dan gelisah.
Kita mungkin merasa impulsif, sulit mengendalikan perilaku, tidak bisa membedakan perilaku yang pantas secara sosial, atau bertindak secara agresif dengan sengaja.
Misalnya, menggunakan perilaku agresif untuk membalas dendam atau memprovokasi seseorang, hal ini dapat mengarahkan perilaku agresif ke diri sendiri.
Penyebab perilaku agresif
Terdapat banyak bentuk yang mempengaruhi perilaku tersebut yaitu kesehatan fisik, kesehatan mental, struktur keluarga, relasi dengan orang sekitar, dunia pekerjaan atau lingkungan sekolah, kehidupan sosial atau faktor sosial ekonomi, sifat individu, dan pengalaman hidup.
Sebagai orang dewasa, mungkin kita berperilaku agresif saat merespon pengalaman yang negatif.
Perilaku agresif bisa menyebabkan gangguan lain seperti depresi, kecemasan, PTSD, atau kondisi kesehatan mental tertentu.
Penyebab perilaku agresif dari sisi kesehatan
Kesehatan mental memang berpengaruh pada perilaku agresif namun kondisi kesehatan juga berpengaruh.
Seperti autism spectrum disorder, attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), bipolar disorder, schizophrenia, conduct disorder, intermittent explosive disorder, dan post-traumatic stress disorder (PTSD).
Kerusakan otak juga dapat membatasi kemampuan kita untuk mengendalikan agresi.
Seperti stroke, cedera kepala, infeksi tertentu, dan penyakit tertentu.
Penanganan perilaku agresif
Dalam menangani perilaku agresif kita perlu mengidentifikasi penyebabnya.
Minta bantuan seseorang atau ahli yang berpengalaman soal perilaku agresif.
Kita dapat belajar bagaimana menghindari situasi yang membuat frustrasi dengan mengubah gaya hidup atau karier.
Mengembangkan strategi untuk mengatasi situasi yang membuat frustrasi, misalnya mempelajari cara berkomunikasi secara terbuka dan jujur, tanpa menjadi agresif.
Jika kita datang ke seorang ahli mungkin kita akan direkomendasikan bertemu dengan psikoterapis, contohnya cognitive behavioral therapy (CBT) dan talk therapy.
Source | : | Healthline,tribunnews |
Penulis | : | Cecilia Ardisty |
Editor | : | Amelia Puteri |
KOMENTAR