Nah kisah tragis tentang Jessica ini diposting akun Facebook Birgaldo Sinaga (2/11/2017) dengan sangat detail.
Ini kisah lengkapnya:
"Balita Jessica Tewas di RS Adam Malik Usai Dipasang CVC, Keluarga Menuntut Keadilan
"Katakan mana rumah sakit yang paling bagus dokter !! Columbia atau Materna !!", teriak Ibu Jessica dengan isak tangis pilu.
"Maaf Bu... Anak ibu sudah meninggal..kami sudah berusaha.. ", jawab dokter Nina terbata.
"Tidakkk !!! Tidakkk !! Anakku belum mati. Anakku masih hidup....Cepat katakan rumah sakit mana yang paling bagus Columbia atau Materna !!. Katakan cepat !!", teriak kencang Bu Jessica sambil menggoyang-goyangkan tubuh kaku anaknya Jessica.
Sementara di tengah ranjang Jessica, Pak Jessica suami Bu Jessica tampak menangis sesunggukkan. Dadanya bergetar. Ia memukul dinding. Ia mencoba menahan istrinya yang menjerit meraung histeris tidak terima anaknya mati.
Jerit tangis seisi keluarga Jessica memecah ruang UGD RS Adam Malik sore itu. Kakek, Nenek, Paman, Bibi dan tetangga Kakek Jessica tak kuasa menahan tangis. Mereka histeris melihat Jessica meninggal begitu cepat. Serasa mimpi.
Rabu, 23 Agustus 2017, menjadi hari kelabu bagi keluarga Jessica. Hari yang mengubah perjalanan hidup keluarga Jessica.
Jessica balita berusia 4 tahun adalah putri satu-satunya keluarga Jhonson Parsaoran Sianipar dan Ibu Kristin Aviani Simbolon. Jessica adalah anak ke dua dari tiga bersaudara.
"Kami membawa Jessica untuk medical check up sesuai anjuran Dokter Yazid. Tapi kenapa malah meninggal", ucap Bu Jessica terbata-bata sambil menangis sesunggukan tak percaya.
Bulan September lalu, saya mendapat kabar kematian Jessica dari Ibu Henny Silalahi, Ibu dari bayi Debora yang meninggal di RS Mitra Keluarga Kalideres pada Minggu, 3 September 2017 lalu. Bu Jessica curhat kepada Bu Debora. Bu Jessica tahu kisah bayi Debora yang mirip dengan kematian balita Jessica.
Saya menyuarakan jerit hati Bu Henny Silalahi yang sedang mencari keadilan untuk anaknya Debora. Debora meninggal dunia diduga hanya karena persoalan uang muka hingga tidak dapat masuk ruang PICU.
Awal bulan Oktober lalu, Ibu Jessica menelepon saya. Di balik telepon, Ibu Jessica menceritakan perih hatinya. Anak perempuan yang paling dikasihinya direnggut dari hidupnya.
Sepanjang percakapan di telepon itu Ibu Jessica terus menangis. Saya hanya diam mendengarkannya. Saya berjanji akan datang ke Medan untuk menemui Bu Jessica pada pertengahan Oktober.
Jumat sore, 13 Oktober 2017 saya tiba di Medan. Esoknya, Sabtu 14 Oktober 2017 kami bertemu di bilangan Jalan Imam Bonjol Medan.
"Kami membawa Jessica bukan karena Ia sakit kritis. Kami bawa ke RS Adam Malik karena saran Dokter Yazid yang meminta agar Jessica diperiksa ke laboratorium untuk memastikan diagnosa dokter Yazid soal sakit GBS", ujar Bu Jessica terbata-bata menahan tangis membuka percakapan kami.
Seminggu sebelum di bawa ke RS Adam Malik, tepatnya Hari Selasa, 15 Agustus 2017, Jessica dibawa kedua orang tuanya ke M77 Clinic. M77 Clinic adalah tempat
Dokter Yazid buka praktik.
Menurut pemeriksaan Dr. Yazid Dimyati, Sp. A(K), Spesialis Anak Konsultan Saraf Anak, Jessica mengalami sakit GBS (Guillain Barre Syndrome) atau radang polineuropati demielinasi akut.
GBS adalah peradangan akut yang menyebabkan kerusakan sel saraf tanpa penyebab yang jelas. Itu yang menyebabkan Jessica sulit berjalan. Kakinya sering merasa seperti kesemutan. Sejak bulan Juli Jessica terkena GBS.
Oleh Dokter Yajid, Jessica diberikan rujukan ke RS Adam Malik untuk dilakukan pemeriksaan EMG/KHS. Menurut Dokter Yazid hanya di RS Adam Malik yang punya alat pemeriksaan penyakit GBS.
Kondisi Jessica menurut Dokter Yazid sudah melewati masa kritis GBS. Hanya masalah waktu saja Jessica akan pulih. "Yang penting kontrol dan minum obat. Pakai BPJS juga tidak mengapa", ucap Dokter Yazid serius.
Penulis | : | Saeful Imam |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR