Nakita.id - Sebagian besar ibu hamil menyadari saran dokter untuk berhenti merokok, menghindari alkohol, dan mengurangi stres selama kehamilan. Namun ada beberapa pula dari mereka yang menganggap sepele terkait dengan kondisi stres selama kehamilan ini.
Namun, kita patut tahu bahwa tingkat stres yang tinggi sangat buruk bagi kesehatan pada umumnya, seperti berdampak pada kekebalan dan meningkatkan risiko penyakit menular dan tidak menular.
Selama kehamilan, stres memiliki bahaya khusus untuk kesejahteraan fisik dan emosional bayi, ibu dan keluarga secara keseluruhan.
Baca juga : Stres Berbahaya Bagi Kecerdasan Bayi
Stres selama kehamilan biasa terjadi umpamanya jika kehamilan tidak terencana. Perlu diketahui, kehamilan membutuhkan sejumlah perubahan dalam kehidupan keluarga, termasuk hubungan orangtua, pendapatan dan pekerjaan, dan seringkali penyesuaian lainnya seperti pindah rumah.
Stres terkadang berhubungan dengan kejadian tertentu, namun bisa juga dialami sebagai kegelisahan atau kekhawatiran konstan.
Pada kehamilan, paparan stres dikaitkan dengan risiko kelahiran prematur yang lebih tinggi dan berat lahir rendah. Kelahiran prematur adalah penyebab utama kematian dan kecacatan pada anak-anak sampai usia lima tahun.
Baca juga : Dampak Mengejutkan Pada Janin Saat Ibunya Stres
Anak-anak dari ibu yang stres selama kehamilan menunjukkan peningkatan kerentanan terhadap asma dan alergi selama masa kanak-kanak, serta tingkat rawat inap yang lebih tinggi untuk penyakit menular seperti penyakit pernapasan dan gastroenteritis.
Penelitian juga berfokus pada konsekuensi stres selama kehamilan pada kesehatan mental dan kognisi anak kemudian. Anak-anak dari ibu yang stres selama kehamilan lebih cenderung mengembangkan masalah perilaku sepanjang masa kecil.
Studi juga menunjukkan berkurangnya kemampuan kognitif pada anak-anak yang ibunya mengalami kondisi stres ketika hamil. Lainnya ialah lebih rentan terkena depresi pascakelahiran, dan efek jangka panjang bagi keluarga secara keseluruhan.
Baca juga : Agar Bayi Tidak Rewel, Ibu Tidak Boleh Stres
Beberapa teori menyarankan perubahan fisiologis, metabolik dan hormonal selama kehamilan mengubah perkembangan janin, yang pada dasarnya "memprogram" janin, untuk beradaptasi dan berkembang dengan cara tertentu.
Stres mengakibatkan peningkatan sirkulasi hormon stres kortisol, yang kemudian melintasi plasenta ke janin, mengubah susunan hormon dan menghambat perkembangan janin, baik neurologis maupun fisik.
Ada banyak cara untuk mengelola dan mengurangi stres. Bonusnya, mengurangi stres semasa kehamilan juga bisa berakibat pada periode pascakelahiran yang lebih mulus.
Beberapa cara untuk mengurangi stres termasuk memanfaatkan dukungan sosial, baik dengan menghabiskan waktu bersama teman atau menerima bantuan dari orang-orang di sekitar kita untuk meringankan tekanan aktivitas sehari-hari.
Baca juga : Ini Cara Jadi Ibu Bebas Stres
Latihan ringan, yoga, meditasi dan relaksasi semuanya bisa membantu dalam mengatasi stres. Kemudian jadwalkan waktu untuk beristirahat dan mendiskusikan hal-hal yang menggembirakan, bisa seputar calon bayi dan pasangan.
Ketika stres menjadi sangat penting, berkonsultasi dengan dokter umum atau psikolog andal juga mampu mengatasi stres.
Membangun ketahanan dalam keluarga dan anak-anak dalam menghadapi stres sangat penting, dan inilah mengapa penting bagi kita melakukan strategi manajemen stres tidak hanya selama perawatan kehamilan, tetapi juga tahun-tahun awal pengasuhan dan perkembangan anak. (*)
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR