nakita.id.- Keguguran atau abortus—istilah kedokterannya—berarti berakhirnya kehamilan sebelum janin mampu bertahan hidup pada usia kehamilan 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 g. Keguguran bisa terjadi secara spontan atau dengan sendirinya dan keguguran buatan (abortus provocartus).
Abortus spontan adalah keguguran yang terjadi dengan sendirinya tanpa disengaja dan dengan tidak didahului oleh tindakan mekanik ataupun medis, namun terjadi secara alamiah. Sedangkan keguguran buatan terjadi karena tindakan tertentu yang bertujuan untuk mengakhiri kehamilan (sengaja digugurkan).
Baca juga: 80 Keguguran Terjadi Di Awal Kehamilan Ini Cara Mencegahnya
Menurut dr. Intan Nabila, SpOG dari Klinik AMS, Kemang, Jakarta Selatan, tanda paling umum dari keguguran adalah terjadi perdarahan dalam jumlah sedikit—mungkin hanya bercak—hingga banyak, dan adanya gumpalan darah atau jaringan yang ikut keluar. Tanda ini juga disertai dengan nyeri serta kram di perut bagian bawah, bisa juga nyeri yang menjalar hingga bokong dan panggul.
Pada beberapa kasus, bisa saja terjadi keguguran yang tak terdeteksi. Ibu tidak menyadari telah hamil dan keguguran. Karena gejalanya mungkin sangat minim, semisal, hanya timbul flek. Ketika memeriksakan diri ke dokter, Ibu baru mengetahui telah mengalami keguguran.
MENGAPA KEGUGURAN?
Keguguran di awal kehamilan biasanya disebabkan oleh kelainan kromosom yang terjadi saat proses pembuahan. Paling sering terjadi karena telur atau sperma yang masuk memiliki jumlah kromosom yang salah, sehingga telur atau embrio yang dibuahi tidak dapat berkembang secara normal alias cacat. Penyebab kelainan kromosom ini bisa bermacam-macam, mulai faktor genetik, faktor anatomi, hormonal, infeksi, imunitas, nutrisi, obat-obatan, lingkungan yang tidak mendukung, hingga faktor psikologis.
Baca juga: Yang Perlu Dilakukan Untuk Mencegah Keguguran
Faktor ibu juga bisa menjadi penyebab keguguran. Mereka yang berisiko mengalami keguguran atau abortus adalah Ibu yang memiliki: kelainan hormonal, seperti hipertiroid ataupun diabetes; penyakit kekebalan tubuh, seperti lupus; kelemahan pada otot rahim sehingga tidak mampu menahan janin yang sedang berkembang; kelainan pada rahim atau bentuk rahim, seperti dikarenakan miom atau tumor yang dapat mengganggu perubahan embrio/janin; serta Ibu yang mengalami infeksi saat hamil, seperti: cacar air, campak jerman, toksoplasma, herpes, dan lainnya.
Gaya hidup ibu hamil juga berpengaruh terhadap terjadinya keguguran, seperti Ibu yang tetap merokok atau mengonsumsi minunan keras saat hamil. Berat badan yang berlebihan atau obesitas juga bisa menjadi penyebab keguguran. Sebaliknya, berat badan yang berkurang banyak selama hamil, dapat mengakibatkan masalah hormonal yang memengaruhi masalah kehamilan, termasuk keguguran.
Baca juga: Tanda Keguguran Yang Sering Tidak Disadari
Faktor makanan juga disebut-sebut bisa mengakibatkan keguguran. Bila dikonsumsi dalam jumlah sedikit, mungkin tidak berdampak buruk. Namun, bila Ibu mengonsumsi dalam jumlah banyak dapat berisiko menimbulkan keguguran. Salah satu yang perlu diwaspadai adalah mengonsumsi daging atau ikan yang penyajiannya kurang masak atau mentah. Pada daging atau ikan mentah kemungkinan besar terdapat parasit toksoplasmosis yang dapat berakibat cacat pada janin.
MANAJEMEN KEHAMILAN
Selain itu, ibu hamil yang memiliki riwayat keguguran tentu memiliki risiko untuk mengalami keguguran lagi. Namun, jangan sampai hal tersebut membuat Ibu trauma untuk hamil lagi. Alih-alih menjadikan pengalaman keguguran sebagai sesuatu yang perlu ditakuti, baiknya Ibu me-manage ketakutan itu ke arah yang positif. Kondisi Ibu untuk kehamilan yang berikutnya harus lebih baik dan fit dari kehamilan sebelumnya. Lebih baik lagi bila Ibu mengetahui penyebab keguguran sebelumnya.
Baca juga: Perubahan Gaya Hidup Cegah Keguguran
Intinya, keguguran/abortus sesungguhnya dapat dicegah, sekalipun Ibu memiliki riwayat keguguran. Caranya? Jaga kehamilan sebaik mungkin dengan menghindari hal-hal yang berpotensi menimbulkan keguguran. Pada kehamilan trimester 1 ini, baiknya hindari pekerjaan berat dan menyita waktu terlalu lama. Usahakan istirahat 6—8 jam dalam sehari. Lakukan olahraga, seperti jalan pagi, selama 30 menit setiap hari dan upayakan terkena sinar matahari pagi.
Makanan saat hamil juga perlu Ibu perhatikan. Mengonsumsi makanan seimbang dengan protein yang cukup sangat dianjurkan. Sementara makanan terlalu pedas, terlalu asam, terlalu pahit, ataupun terlalu asam agar diminimalisasi. Proses yang baik selama kehamilan, seperti: mengelola stres, mengatur pola makan dan pola istirahat yang baik, akan berdampak sangat baik untuk Ibu dan janin.
Tak kalah pentingnya, peka terhadap gejala atau keluhan yang berpotensi merupakan gejala keguguran. Pastikan Ibu mengetahui setiap perubahan di tubuh Ibu, sehingga gejala-gejala dini keguguran dapat Ibu sadari. (*)
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR