Nakita.id - Anda mengemudi terlalu cepat, lalu ditilang. Itu contoh sebab-akibat. Anda terlambat bekerja, lalu bos marah. Itu juga sebab-akibat. Jelas, bahwa hubungan antara aksi ini sangat penting, anak Anda perlu lebih cepat mengetahuinya. Ide sebab-akibat berkembang secara natural bagi kebanyakan anak, tapi masih ada cara di mana Ibu bisa membantunya.
Ada cara alamiah bagaimana anak-anak belajar tentang rantai kejadian. Ternyata pemahaman bahwa melakukan A bisa berakibat B terjadi sangat awal dalam kehidupan seorang anak dan berlanjut terus bahkan setelah mereka membuat banyak kesalahan.
USIA 2 BULAN
Menurut para peneliti di UC Berkeley bayi-bayi sejak usia 2 bulan bisa menyusun ide umum. Saat diberi mainan yang akan bergerak jika ada tendangan kaki, bayi-bayi itu menendang lebih sering untuk membuat mainan itu bergerak. Ini menunjukkan mereka telah paham hukum sebab-akibat.
(Baca juga : Kiat Ajari Bayi Agar Mandiri)
USIA 3 BULAN
Pada usia sekitar 3 bulan, bayi mulai memahami bahwa ketika ia menangis atau tertawa, kedua orang tuanya akan merespons dengan berbagai cara. Seperti memasuki ruangan, menggendongnya atau tersenyum balik ke arahnya.
USIA 6 SAMPAI 12 BULAN
Setelah anak Ibu sedikit lebih tua, permainan sebab-akibat dapat berubah menjadi eksperimen. Di sini, bayi mulai memahami bahwa menekan tombol merah pada mainan dapat membuat suara-suara dan sebagainya. Bayi juga mengetahui bahwa ketika ia menjatuhkan sesuatu dari kursi tinggi, Ibu akan mengambilnya secara berulang kali.
(Baca juga : Yang Harus Mama Ajarkan Pada Bayi)
Mengapa Ini Begitu Penting?
Konsep sebab dan akibat merupakan dasar untuk sejumlah besar keterampilan masa depan. Ini juga berlaku pada kemampuan dan keterampilan matematika. Sebab dan akibat juga akan menetapkan kerangka kerja ketika ia beranjak dewasa.
Penulis | : | Avrizella Quenda |
Editor | : | Ida Rosdalina |
KOMENTAR